Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Yah, Starbucks Batalkan Rencana Terima Pembayaran Uang Kripto

Yah, Starbucks Batalkan Rencana Terima Pembayaran Uang Kripto Kredit Foto: Unsplash/Dmitry Moraine
Warta Ekonomi, Jakarta -

Starbucks sempat dikabarkan bakal segera menerima pembayaran melalui uang kripto (cryptocurrency) pascapengumuman investasinya pada perusahaan marketplace aset kripto, Bakkt. Info terbaru menyebutkan bahwa Starbucks mulai berubah pikiran atas rencana itu. Penyebabnya, setelah ditelaah lebih jauh, pihak Starbucks mulai menemukan sejumlah faktor yang menyulitkan dan sangat kompleks baik untuk Starbucks sendiri maupun untuk Internal Revenue Services (IRS), kantor perpajakan di Amerika Serikat (AS).

Sebagaimana dilansir oleh The Spoon beberapa waktu lalu, awalnya penggemar uang kripto di dunia menyambut gembira kabar investasi Starbucks di Bakkt. Dari sana, spekulasi pun berkembang. Dengan melihat respons positif terhadap aset kripto, diperkirakan bahwa dalam waktu dekat Starbucks bakal menerima pembayaran uang kripto di gerai-gerai miliknya. Meski belum membenarkan kabar itu, pihak Starbucks juga menyatakan bahwa kemungkinan hal itu bisa saja terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Sayang, setelah menelaah lebih jauh, Starbucks sepertinya harus menunda rencana itu dalam waktu dekat.

Baca Juga: Terbitkan Kripto Sendiri, Analis Barclays Yakin Facebook Bakal Makin Tajir

Pada dasarnya secara transaksi, pembayaran menggunakan uang kripto sebenarnya merupakan konsep sederhana yang tak berbeda dengan jenis pembayaran nontunai lain, seperti via kartu kredit atau NFC. Yang jadi masalah, berdasarkan aturan IRS, semua pembayaran uang kripto, baik itu dalam jumlah besar maupun kecil, harus dilaporkan ke IRS agar mereka dapat menghitung untung-rugi dalam sebuah transaksi dan untuk menentukan nominal pajak yang harus dibayar.

Sementara Undang-Undang (UU) tentang uang kripto sendiri sangat kompleks dan masih bersifat abu-abu terkait masalah transaksi pembayaran menggunakan uang kripto. Karena Starbucks merupakan perusahaan besar dengan puluhan juta pelanggan setiap hari, maka dapat dipastikan jumlah transaksinya juga pasti sangat banyak. Bahkan, jika sebagian kecil saja dari total transaksi hariannya dilakukan dalam uang kripto, maka tetap saja jumlah yang harus dilaporkan ke IRS tiap hari bakal mencapai jutaan transaksi. Hal ini dianggap bakal cukup merepotkan dan atau membuat biaya jasa yang ditanggung perusahaan jadi membengkak.

Selain itu, harga uang kripto yang teramat volatile di setiap harinya diperkirakan bakal cukup menyusahkan proses pembayaran. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan itu, maka Starbucks pada akhirnya memilih untuk mundur dari rencananya semula untuk menerima pembayaran menggunakan uang kripto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: