Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rakornas HKTI Bahas Peluang Pertanian di Era 4.0

Rakornas HKTI Bahas Peluang Pertanian di Era 4.0 Kredit Foto: Yosi Winosa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di bawah pimpinan Ketua Umum Jenderal (Purn) Moeldoko menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional dan Diskusi Nasional HKTI 2019 pada 18-19 Maret 2019 di Win Premier Hotel, Jakarta Pusat. Rakornas diwarnai dengan serangkaian acara antara lain pembukaan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Pengarahan Ketum HKTI, Pembekalan Menteri Pertanian, Presentasi Sekjen HKTI, dan Penyampaian Sistem Informasi Pertanian (SIP) HKTI. 

Moeldoko menyatakan, salah satu isu yang dibahas adalah tantangan dan peluang besar pertanian di era perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat. Para petani dan dunia pertanian harus mampu menghadapi perkembangan zaman seperti era revolusi industri 4.0.

"Ada lima teknologi utama yang menopang implementasi industri 4.0, yaitu internet of things (IoT), artificial intelligence (AI), human-machine interface, teknologi robotic dan sensor, serta teknologi 3D printing. Semua itu akan mendorong kegiatan pertanian berlangsung sangat efisien dan efektif sehingga mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan dan berdaya saing," kata dia di Jakarta, Senin (18/3/2019).

Ditambahkannya, seiring dengan perkembangan sektor pertanian 4.0, HKTI membangun aplikasi bridging institution yang berbasis digital. Aplikasi tersebut adalah SIP HKTI yang sudah dapat diunduh melalui gawai di Google Play.

Baca Juga: Sekjen HKTI: Moeldoko Akan Untungkan Jokowi di Pilpres 2019

Rakornas sendiri mengambil tema HKTI sebagai Bridging Institution Menjadi Solusi dalam Memakmurkan Petani. Sebagai bridging institution, tujuan utamanya untuk memberikan solusi terhadap permasalahan pertanian Indonesia. Ada lima persoalan pertanian yang harus HKTI carikan solusinya. Pertama, pemilikan lahan petani yang rata-rata hanya 0,2 hektare dan kondisi tanah yang sudah rusak. Kedua, aspek permodalan. Ketiga, lemahnya manajemen petani. Keempat, penguasaan teknologi dan inovasi teknologi. Terakhir adalah pascapanen. HKTI harus mampu memberikan solusinya.

Program Kegiatan HKTI

Sekretaris Jenderal HKTI Mayjen TNI (Purn) Bambang Budi Waluyo menambahkan, selama 2017 hingga 2019, HKTI telah melaksanakan beberapa program dan kegiatan. Di antaranya Syukur Panen di Indramayu pada 8 Januari 2018 menerima SK Kemenkumham tentang pengesahan HKTI di bawah kepemimpinan Moeldoko, pelantikan Pemuda Tani dan Perempuan Tani dalam Rakernas HKTI di Jakarta, dalam rangkaian HUT HKTI diselenggarakan Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF), aksi sosial, wayangan, dan turnamen tinju.

Lalu, ada kegiatan FGD Pakar, Guyub Panen Nusantara berupa panen raya jagung di Kediri, Jatim, bekerja sama dengan PT BISI dan Charoen Pokphand. Kemitraan juga dilakukan dengan PT FKS Multiagro di Jambi berupa panen jagung di lahan rawa pasang surut dengan teknologi budi daya jenuh air, serta sosialisasi benih unggul varietas M400, CEO Forum: Outlook Agribsinis 2019, dan penanaman bawang putih di Sembalun, NTB, yang bekerja sama dengan Kementan dan pemda setempat.

Kegiatan lainnya, membuat nota kesepahaman atau MoU dengan beberapa lembaga, instansi pemerintah, lembaga pendidikan/pesantren, dan dunia usaha seperti Firman dan Japfa Comfeed, dan lain-lain. Pada Februari 2019 HKTI dan BRI menjalin kerja sama akses permodalan seperti penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dan pengadaan kartu tanda anggota (KTA) HKTI Brizzi.

Baca Juga: Belajar Teknologi Pertanian, HKTI Kirim 20 Petani ke Thailand

Ada juga program penghijauan dan produksi di lahan TNI di Banten dan keikutsertaan pemuda tani di ajang pertanian internasional di Taiwan dengan mendapatkan penghargaan produktivitas pertanian terbanyak dibanding negara-negra peserta lainnya. Terakhir, HKTI melakukan pelatihan, peningkatan kapasitas petani, khususnya para petani muda. Pada Februari 2019 HKTI mengirimkan 20 orang dutanya mengikuti training of trainer tentang nature farming dan teknologi effective microorganism (EM) di Sara Buri Kyusei Nature Farming Center, Thailand.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: