Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Tiket Pesawat Mahal, YLKI: Harus Turun Semurah Mungkin

Harga Tiket Pesawat Mahal, YLKI: Harus Turun Semurah Mungkin Kredit Foto: Reuters/Toby Melville
Warta Ekonomi, Jakarta -

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menegaskan harga tiket pesawat masih sangat mahal dan memberi dampak negatif ke konsumen.

Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, menduga ada permainan kartel (oligopoli) dalam kenaikan harga tiket pesawat yang melibatkan dua perusahaan besar. Ia meminta permainan kartel ini segera diakhiri agar tiket pesawat bisa lebih kompetitif.

"Kita tekan terus agar tarif pesawat turun semurah mungkin," katanya di Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Baca Juga: Harga Tiket Pesawat Mahal, Salah Siapa?

Meski demikian, Tulus meminta semua pihak untuk menunggu hasil penyelidikan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait dugaan kartel tarif tiket tersebut.

"Kita tunggu hasil penyelidikan KPPU terkait dugaan kartel tarif pesawat," pungkasnya.

Adapun, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, mengatakan bahwa ditinjau dari struktur pasar industri penerbangan saat ini tercipta oligopoli dengan tingkat konsentrasi pasar mencapai mencapai 96%. Ia mengatakan semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar Lion Air Group dan Garuda Group maka kedua perusahaan terbesar tersebut bisa bebas menentukan kuantitas ataupun harga.

"Pergerakan harga tiket pesawat bisa dinilai seragam. Saat menaikkan dan menurunkan harganya mereka besepakat. Diduga ada kartel antara keduanya," katanya di Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Baca Juga: Dugaan Kartel Tiket Pesawat, KPPU Telisik Kebijakan Kemenhub

Nailul dugaan praktik kartel di industri penerbangan akan menurunkan insentif bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi. Padahal, efisiensi ini dibutuhkan untuk merangsang industri penerbangan lebih bersaing dan kompetitif agar konsumen menikmati harga yang lebih murah. Selain itu, dampak domino dari kartel ini ke pariwisata, perdagangan, dan sektor kreatif lainnya.

"Permasalahan utama dari tiket ini ya dugaan kartel dua grup besar, Garuda Indonesia dan Lion Grup. Kedua grup perusahaan tersebut dinilai menaikkan harga tiket secara bersama-sama dan diduga bersepakat," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: