Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Seberapa Hebat Blockchain Mampu Atasi Pencurian Data?

Seberapa Hebat Blockchain Mampu Atasi Pencurian Data? Kredit Foto: Pixabay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kabar tentang berhasil diretasnya Bukalapak oleh oknum tak bertanggung jawab (hacker) masih benar-benar menyita perhatian publik, terutama bagi para pemerhati teknologi digital dan wacana keamanan data.

Kabar ini seeolah semakin meramaikan perbincangan hangat dalam seminggu terakhir, media-media baik dalam dan luar negeri, tentang makin massifnya upaya peretasan terhadap situs-situs besar di seluruh penjuru dunia. Meski bukan merupakan temuan baru, namun berhasil diretasnya Bukalapak dan situs-situs besar tersebut tentu bukan lagi ancaman yang main-main karena di Bukalapak saja, misalnya, ada jutaan pengguna dan juga penjual yang ‘menitipkan’ datanya di sana. Maka dengan diretasnya Bukalapak, dengan sendirinya ada jutaan masyarakat lain yang turut was-was terhadap keamanan data-data miliknya.

Terkait keamanan data tersebut, sebagian pihak pun mulai mengaitkannya dengan keberadaan teknologi blockchain yang notabene banyak dipresentasikan sebagai bentuk teknologi baru yang relatif lebih eman terhadap serangan para hacker.

Baca Juga: Tidak Hanya Pemerintah, Masyarakat Argentina Antusias Kembangkan Teknologi Blockchain

Mengapa begitu? Seorang peneliti pada Blockchain Research Joint Lab Universitas Monash, Australia, Dimaz Ankaa Wijaya, melalui tulisannya di sebuah media online nasional, menjelaskan bahwa salah satu nilai tambah blockchain terhadap sebuah sistem adalah kemampuannya dalam melindungi informasi yang sudah tersimpan dari upaya perubahan tanpa adanya otorisasi. Kemampuan itu didapat dengan cara menghubungkan antara satu blok dengan blok lain, sehingga diperlukan upaya tambahan untuk dapat mengubah informasi dalam sebuah blok yang sudah ‘tertimbun’ oleh blok-blok yang lebih baru, di mana blok-blok baru tersebut juga harus diubah lebih dulu.

“Dari situlah kemudian kenapa blockchain dianggap sebagai teknologi yang menyediakan fiotur immutable atau permanen. Blockchain menjaga integritas data,” ujar Dimaz, dalam tulisan tersebut.

Selain itu, bentuk interaksi yang bersifat peer to peer yang disematkan dalam teknologoi blockchain membuat seluruh informasi di dalamnya dapat disalin dengan mudah ke dalam server yang lain. Tak cukup sampai di situ, informasi-informasi baru dapat dengan segera didapat dari semua server yang saling terhubung. Melalui cara ini, sebuah server yang mengalami serangan hingga tak lagi mampu menyediakan layanan, dapat digantikan oleh server lain seketika itu juga.

“Dalam hal ini, blockchain mampu menjaga ketersediaan data,” tutur Dimaz.

Baca Juga: Ooredoo Group Luncurkan Blockchain Initiative

Sedangkan dalam praktik peretasan dan pencurian data, menurut Dimaz, adalah masalah kerahasiaan data (confidentiality) dan eskalasi hak akses (elevation of privilege).

“Sedangkan dalam dua fitur blockchain yang saya sebutkan tadi, tidak mencakup perlindungan terhadap kerahasiaan data dan juga hak akses. Justru di blockchain seluruh informasi di dalamnya dapat dilihat oleh pihak-pihak terkait. Jadi soal kerahasiaan buka satu hal yang dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi blockchain,” ungkap Dimaz.

Meski demikian, lanjut Dimaz, kerahasiaan data juga bukan hal yang baru dalam teknologi blockchain. Kriptografi umumnya digunakan untuk merahasiakan informasi, justru diterapkan dengan sangat massif dalam blockchain. Misalnya saja Monero, yang mampu menyembunyikan jumlah dana yang ditransaksikan dengan metode enkripsi tanpa kehilangan makna sebagai sebuah alat tukar.

“Teknologi ini biasa disebuut Confidantial Transaction, yaitu sistem yang diperkenalkan sejak tahun 2015. Selain menyembunyikan jumlah dana, teknologi ini juga bisa menyembunyikan informasi tambahan terkait transaksi yang mungkin harus ditambahkan oleh si pengirim agar sang penerima dana mengetahui dari mana dana tersebut berasal, tanpa harus menyebutkan jati diri si pengirim. Ini namanya teknologi integrated address,” papar Dimaz.

Baca Juga: Sederhanakan Sistem Logistik, Pelabuhan di Perancis Manfaatkan Blockchain

Sedangkan persoalan hak akses, di sisi lain, merupakan persoalan yang sangat jarang ditemukan dalam sistem blockchain. Dengan menganut sistem consensus, blockchain akan selalu memberikan hak menulis informasi baru pada siapa pun yang memenangi consensus pada tiap putaran. Dengan begitu, semua pihak akan bersaing satu sama lain untuk mendapatkan hak menulis ini, yang tentunya akan kembali mendapatkan upah yang cukup tinggi.

Sistem blockchain tidak mengizinkan penulisan informasi baru tanpa melalui consensus yang sah. Meski demikian, bukan berarti taka da trik-trik kotor untuk mengakali consensus. Sebut saja dengan menggunakan 51% attack atau selfish mining, dua Teknik umum yang bisa digunakan oleh penyerang untuk mencurangi consensus.

Blockchain barangkali memang bukan jawaban ultimate terhadap risiko peretasan dan pencurian data. Namun, kita juga dapat belajar satu atau dua teknik yang sukses diterapkan dalam sistem blockchain untuk menjaga kerahasiaan data. Atau, bisa jadi di masa depan akan muncul sistem blockchain untuk mendukung lingkungan e-commerce secara terdesentralisasi, sehingga tidak ada pihak sentral yang memegang kendali informasi para penggunanya.

Baca Juga: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: