Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tiket Pesawat Mahal, CBF Harapkan Maskapai Lakukan Efisiensi

Tiket Pesawat Mahal, CBF Harapkan Maskapai Lakukan Efisiensi Kredit Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meroketnya harga tiket pesawat sejak Januari 2019 kian menjadi polemik di masyarakat. Hal ini diakui Menteri Pariwisata, Arief Yahya, yang juga mengatakan kenaikan harga tiket pesawat berdampak pada dunia industri pariwisata.

Ketua Umum CEO Business Forum (CBF) Indonesia, Jahja B Soenarjo, mengatakan maskapai perlu melakukan efisiensi dan inovasi untuk mengatasi persoalan tiket mahal tersebut. Ia membandingkan dengan maskapai asing yang bisa menyediakan harga tiket pesawat lebih murah untuk rute-rute internasional.

"Aneh bila Jakarta-Tokyo PP (pulang-pergi) lebih murah daripada Jakarta-Jayapura PP," kata Jahja kepada Warta Ekonomi melalui pesan singkat di Jakarta.

Jahja menjelaskan ada banyak faktor yang menjadi penyebab harga tiket pesawat mahal, di antaranya adalah biaya operasional seperti avtur, SDM, ground-handling, dan lain-lain.

"Lalu beban sewa atau leasing biaya perawatan yang semuanya berbasis dolar. Belum lagi, loading factor yang tidak kalah penting dan untuk rute-rute tertentu masih rendah, tentunya harus dilakukan subsidi silang," ujarnya.

Baca Juga: Harga Tiket Pesawat Mahal, Salah Siapa?

Akan tetapi, imbuhnya, setelah kebijakan bagasi berbayar yang membuat harga secara total menjadi kian mahal maka ditengarai adanya tujuan yang lebih tendensius kepada memaksimalisasi keuntungan maskapai penerbangan.  

"Mengenai isyu adanya kartel, saya rasa tak sudah tak terhindarkan dan kalau ingin dikatakan tidak sehat, mungkin saja. Di sisi lain secara bisnis maskapai tersebut tentunya berusaha selamat (survive) sekaligus mencetak laba yang gurih. Setelah beberapa terpaksa mengibarkan bendera putih seperti Merpati, Batavia, dan Sriwijaya," tutur Jahja.

Jahja mengharapkan agar pemerintah selaku pemangku kebijakan dapat memberikan arah yang jelas serta turut berperan mencari solusi bagi industri penerbangan. Pemerintah juga diharapkan dapat memfasilitasi program efisiensi terintegrasi dalam mata rantai industri penerbangan.

"Di antara semua pemangku kepentingan untuk mendapatkan rumusan yang tidak merugikan pihak manapun, dan prioritasnya adalah masyarakat pengguna jasa penerbangan menjadi puas dan senang, ekonomi berjalan lebih cepat dan sektor pariwisata lebih hidup lagi," paparnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: