Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahun Politik, Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Stabil

Tahun Politik, Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Stabil Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Putu Rusta Adijaya, memperkirakan nilai tukar rupiah yang sempat melemah selama tahun 2018 akan stabil pada 2019 yang kerap disebut sebagai tahun politik ini.

"Kestabilan ini didasarkan pada beberapa hal, di antaranya adalah sikap The Fed yang tidak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini," kata Putu Rusta Adijaya di Jakarta, Selasa (26/3/2019).

Baca Juga: BI Optimis Nilai Tukar Rupiah Lebih Stabil Tahun Ini

Menurut dia, hal tersebut juga dinilai terkait dengan adanya kondisi pelambatan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat. Ia berpendapat, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terapresiasi seiring posisi dovish The Fed yang menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga acuan.

Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar tersebut, lanjutnya, juga seiring dengan kepercayaan investor pada ekonomi Indonesia di tengah pelambatan ekonomi global.

"Posisi dovish The Fed perlu diwaspadai oleh otoritas moneter di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Posisi dovish menandakan The Fed juga concern terhadap pertumbuhan ekonomi dunia yang diproyeksi turun 0,2 percentage point di 2019 dan 0,1 percentage point di 2020," ungkapnya.

Selain itu, Putu juga ingin agar Bank Indonesia juga perlu memperkuat kerjasama dengan bank sentral negara tetangga, seperti Singapura, Thailand dan Malaysia untuk mekanisme Local Currency Swap (LCS). Penerapan kebijakan itu, ujar dia, dinilai dapat memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah pelambatan ekonomi global dan perang dagang.

Namun Putu juga menekankan perlunya kewaspadaan pemerintah terhadap berbagai kemungkinan yang ada. Pemerintah, lanjutnya, perlu tetap mewaspadai dampak perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

"Perang dagang harus diantisipasi supaya tidak berkembang menjadi currency war atau perang nilai tukar mata uang," ucapnya.

Baca Juga: BI Optimis Pertumbuhan Ekonomi 2019 Sesuai Target 5,2%

Pemerintah juga perlu mewaspadai kondisi defisit akun berjalan karena jika terjadi perang nilai tukar mata uang, maka jumlah defisit akun berjalan berpotensi akan semakin besar dan investor akan bersikap spekulatif yang akhirnya mempengaruhi nilai tukar secara mendalam.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: