Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenal Mas Nitisemito? Pelopor Bisnis Rokok Kretek Sedari Zaman Belanda!

Kenal Mas Nitisemito? Pelopor Bisnis Rokok Kretek Sedari Zaman Belanda! Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kamu penasaran enggak sih siapa orang terkaya di Indonesia sebelum kemerdekaan? Ternyata ada lho. Dan dia adalah pebisnis pribumi di zaman penjajahan, Mas Nitisemito.

Mas Nitisemito merupakan pebisnis di bidang kretek. Memang sih, namanya enggak begitu familiar di kalangan remaja zaman now, namun strategi dalam bisnisnya patut diacungi jempol deh. Cocok juga kamu jadikan role model.

Sama seperti kebanyakan pengusaha sukses lainnya, Nitisemito enggak langsung hidup kaya raya dari hasil bisnis kreteknya. Ia sempat hidup susah dan memutuskan untuk merantau ke Kota Malang mencari pekerjaan.

Baca Juga: Kisah Bisnis Keluarga Tertua di Dunia, Sampai 40 Generasi

Pria kelahiran Kudus ini bekerja serabutan. Ia pernah menjadi buruh jahit dan menimba ilmu soal pakaian selama menjadi penjahit itu. Dengan bekal ilmu jahit yang ia miliki, ia memberanikan diri untuk memulai usaha pakaian. Namun, sayangnya bisnis itu gagal total.

Kegagalan yang ia alami itu justru dijadikan sebagai pembelajaran. Ia terus merintis berbagai macam usaha, mulai dari minyak kelapa, sampai bisnis rokok kretek yang bisa mendapuknya sebagai orang terkaya pada zamannya.

Bisnis kretek itu ia rintis bersama Sang Istri, Nasilah, yang mana merupakan salah satu penemu rokok kretek di Indonesia. Nasilah begitu piawai meracik kretek, dan Nitisemito memiliki strategi bisnis yang mumpuni.

Baca Juga: Bukan Kaleng-Kaleng, Rumah Pengusaha Batu Bara Seluas 20 Hektare Ini Mewah Banget Bos!

Produk kretek besutan suami-istri tersebut ternyata disukai oleh sebagian masyarakat. Sebab mengepulkan asap tentu jauh lebih ringkas daripada kebiasaan menginang yang meninggalkan noda merah pada gigi.

Nitisemito sempat memberi nama Kodok Nguntal Ulo pada produknya. Namun, nama tersebut malah jadi bahan tertawaan. Kemudian, Nitisemito pun mengganti nama produknya menjadi Tjap Bulatan Tiga dengan logo bulatan tiga yang nantinya dipajang di istana kembar hasil kerja kerasnya.

Produk ini semakin berkembang luas dan Nitisemito mampu membangun pabrik sendiri tahun 1914 untuk mempekerjakan orang pribumi. Pabrik tersebut berdiri pada lahan seluas enam hektare di daerah Desa Jati. Total ada 15 ribu buruh yang mampu memproduksi 10 juta batang rokok kretek setiap hari.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: