Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laba Intiland Anjlok, Ini Sebabnya!

Laba Intiland Anjlok, Ini Sebabnya! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Medan -

PT Intiland Development Tbk (DILD) pengembang properti di tengah kondisi pasar properti yang kurang kondusif di tahun 2018 harus rela mengalami penurunan laba bersih Rp200 miliar turun sebesar 32,9% dari capaian di tahun 2017. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya margin laba kotor dan tingginya beban bunga. Laba kotor perseroan memang mencapai Rp1 triliun, atau naik 5,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

 

Pada tahun lalu, Perseroan pun masih membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,6 triliun, atau naik sebesar 16% dibandingkan perolehan tahun 2017 yang mencapai Rp2,2 triliun.

 

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono menjelaskan meningkatnya pendapatan usaha tahun 2018 terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi pendapatan pengembangan (development income) di segmen mixed-use and high rise, kawasan perumahan, dan kawasan industri. Perseroan juga berhasil mendongkrak kontribusi dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) secara positif.

 

“Meningkatnya pendapatan usaha terutama didorong oleh pengakuan penjualan dari proyek-proyek yang masuk tahap penyelesaian. Meskipun kondisi pasar properti secara umum cenderung masih flat di sepanjang 2018, beberapa proyek berhasil meningkatkan penjualan,” kata Archied dalam keterangan resminya, Medan, Kamis (28/3/2019). 

 

Baca Juga: Intiland Pasang Target Konservatif di Tahun Politik

 

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pendapatan usaha dari development income perseroan memberikan kontribusi terbesar mencapai Rp2,0 triliun atau 76,6 persen dari keseluruhan. Sementara kontribusi recurring income tercatat mencapai Rp596,4 miliar atau 23,4%.

 

Segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat masih memberikan kontribusi terbesar, mencapai Rp819,2 miliar, atau 32,1%. Dibandingkan tahun 2017, pendapatan dari segmen ini meningkat 16,8%. Peningkatan ini terutama dari tingginya nilai pengakuan penjualan dari proyek-proyek yang masuk tahapan penyelesaian seperti apartemen 1Park Avenue, Regatta, Praxis, Graha Golf, The Rosebay, dan Spazio Tower.

 

Kontributor terbesar berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan yang mencapai Rp629,9 miliar atau 24,7 persen. Pendapatan usaha dari segmen ini melonjak 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp420 miliar.

 

“Peningkatan ini terutama berasal dari pengakuan penjualan unit-unit rumah di Graha Natura, Serenia Hills, Magnolia Residence, Talaga Bestari, Graha Famili, dan Griya Semanan yang sudah serah terima,” ungkap Archied.

 

Baca Juga: Batal Terbitkan Global Bonds, Intiland Dapat Pinjaman Sindikasi

 

Segmen pengembangan kawasan industri mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp507 miliar atau 19,9 persen. Pendapatan dari segmen ini berasal dari penjualan lahan industri di kawasan industri Ngoro Industrial Park di Mojokerto.

 

Archied menjelaskan di 2018, perseroan juga berhasil meningkatkan kinerja pendapatan dari segmen property investment yang merupakan sumber recurring income. Dibandingkan perolehan tahun 2017 yang mencapai Rp528,2 miliar, perolehan recurring income perseroan di 2018 sebesar Rp596,4 miliar atau meningkat 12,9 persen. Kontribusi pendapatan dari segmen ini berasal dari pengelolaan kawasan, fasilitas olah raga, penyewaan perkantoran dan ritel, serta fasilitas standart factory building di kawasan industri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: