Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sertifikasi ISPO Kunci Hadapi Permasalahan Sawit Uni Eropa

Sertifikasi ISPO Kunci Hadapi Permasalahan Sawit Uni Eropa Kredit Foto: PT Mutuagung Lestari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Utama PT Mutuagung Lestari, Arifin Lambaga mengatakan, penerapan standar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) perlu diterapkan untuk tetap memerhatikan keberlangsungan lingkungan dan sebagai perbaikan pada perusahaan-perusahaan yang belum memenuhi standar tersebut agar minyak kelapa sawit mentah (CPO) dapat lebih bersaing, terutama dalam kancah internasional.

PT Mutuagung Lestari dikenal sebagai Mutu International mendorong perusahaan perdagangan kelapa sawit melakukan pengujian dan mendapatkan sertifikasi ISPO. Saat ini, Mutu International telah mengeluarkan 152 sertifikasi ISPO. Bahkan, pada acara 3rd International Conference and Expo on Indonesian Sustainable Palm Oil (ICE ISPO) di Menara 165, Jakarta Selatan, 27 Maret 2019 lalu, Mutu International kembali mengeluarkan 15 sertifikat ISPO.

Baca Juga: Indonesia Siapkan Skenario Terburuk Soal Diskriminasi Sawit Uni Eropa

"Saat ini, terdapat 457 perusahaan yang telah mengantongi sertifikasi ISPO yang dikeluarkan lembaga-lembaga sertifikasi. 35% di antaranya atau total sekitar 167 adalah sertifikasi yang dikeluarkan Mutu International," ujar Arifin melalui keterangan tertulisnya, Kamis (28/3/2019).

Wakil Presiden Direktur Mutu International, Irham Budiman menambahkan, untuk menyiasati kondisi yang tak terprediksi ke depannya, juga perlu untuk membantu pekebun masyarakat atau smallholders agar dapat memahami dan mencapai standar yang diinginkan.

"Dalam draf Renewable Energy Directive (RED) II, smallholders masih memiliki kesempatan untuk memasok produk sawit ke Uni Eropa. Oleh karena itu, dirasa penting bagi smallholders untuk memenuhi standar, salah satunya dari sisi lingkungan, agar dapat lebih bersaing dalam kancah internasional," ujar Irham yang hadir sebagai pembicara dalam talk show di pameran ICE ISPO.

Adapun dari 167 sertifikat yang telah diserahkan, tiga di antaranya diserahkan kepada pelaku sawit smallholders.

Di kesempatan yang sama, Ketua Sekretariat Komisi ISPO, R Azis Hidayat mengungkapkan, telah memberikan pengakuan kepada dua lembaga pelatihan ISPO, yaitu Mutu Institut (PT Forestcitra Sejahtera) dan PT Sinergi Satya Santosa.

Hal ini membuktikan implementasi percepatan sertifikasi ISPO menunjukkan hasil yang signifikan dan telah sejalan dengan arah kebijakan Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) yang juga Ketua Komisi ISPO.

Baca Juga: CPO Perlu Perlakuan Setara di Pasar Uni Eropa

Sebagaimana diketahui, perdagangan kelapa sawit antara Indonesia dan Uni Eropa saat ini berada dalam situasi panas. Pemicunya, Parlemen Eropa menyatakan CPO sebagai produk yang tidak ramah lingkungan dalam skema RED II. Dalam draf tersebut, CPO dikeluarkan dari pemenuhan bahan bakar nabati di Uni Eropa. Hal ini tentu saja mengancam posisi Indonesia sebagai salah satu negara produsen minyak sawit terbesar dunia.

Produk kelapa sawit yang saat ini diwacanakan akan diboikot Uni Eropa adalah biofuel. Namun, dalam menyikapi isu ini, industri kelapa sawit di Indonesia seharusnya memenuhui standar tahapan ISPO. Standar ini memuat indikator-indikator yang menjamin bahwa penanaman dan produk yang dihasilkan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Penerapan standar ini pun menjamin adanya sustainability dan dapat memperbesar peluang produk kelapa sawit Indonesia diterima secara internasional.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: