Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Volatile Food?

Apa Itu Volatile Food? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

 

Gagal panen dan bencana alam kerap kali menjadi sorotan pemerintah tatkala hal itu berkaitan dengan ketahanan pangan masyarakat. Bagaimana tidak, ketika suatu komoditas pangan mengalami gagal panen, kemungkinan besar akan ada gejolak harga di pasar. Begitu pun juga ketika suatu komoditas panen berlimpah hal itu juga berpengaruh pada stabilitas harga pasar.

Perkembangan harga komoditas pangan seperti pada keadaan tersebut dikenal dengan istilah inflasi komponen bergejolak atau volatile food. Inflasi yang termasuk ke dalam kategori inflasi noninti tersebut didefinisikan sebagai inflasi dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok bahan makanan.

Baca Juga: Apa Itu Administered Price?

Kejutan yang dimaksud dalam pengertian di atas, yaitu keadaan yang sewaktu-waktu mungkin terjadi sehingga memengaruhi kondisi komoditas pangan, seperti panen, gangguan alam, perkembangan harga komoditas pangan domestik, serta perkembangan harga komoditas pangan internasional.

Meskipun mempunyai fungsi yang sama untuk menjaga kestabilan harga, volatile food berbeda dengan administered price. Bagaimanapun, pengendalian harga pada volatile food ditentukan oleh faktor nonfundamental, speerti panen dan gejala alam, sedangkan pada administered price, pengendalian harga ditentukan oleh kebijakan pemerintah.

Mengapa volatile food perlu dijaga?

Volatile food diperlukan untuk menjaga stabilitas harga komoditas pangan di pasar. Jika memang perlu ada kenaikan harga dari suatu komoditas pangan, misalnya beras, jagung, dan lainnya, kenaikan yang timbul masih dalam taraf yang wajar.

Jika tidak begitu, gejolak harga pangan yang tiba-tiba dan ekstrem akan menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan masyarakat. Pasalnya, ketahanan pangan secara langsung akan berdampak pada ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan.

Baca Juga: BPS: Maret 2019 Inflasi 0,11%

Masyarakat dengan taraf hidup yang berada di bawah garis rata-rata menjadi pihak yang paling merasakan dampak dari gejolak harga pangan. Bayangkan saja, setidaknya masyarakat kelas menengah ke bawah dapat menghabiskan 60% hingga 70% pendapatan mereka hanya untuk makanan. Artinya, jika harga komoditas meningkat signifikan, biaya yang mereka keluarkan untuk makanan pun ikut meningkat.

Selain itu, kenaikan harga yang drastis dan terlalu tinggi dapat membuat aktivitas produksi, investasi, penyimpanan, dan perdagangan menjadi lebih kompleks karena ketidakpastian kenaikan harga di masa depan.

 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: