Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Tiket Pesawat Melangit, Bisnis Hotel Membumi

Harga Tiket Pesawat Melangit, Bisnis Hotel Membumi Kredit Foto: File/Southern Cross Travel Insurance
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melangitnya harga tiket pesawat terbang membuat bisnis properti, terutama tingkat hunian kamar hotel membumi, alias rendah peminatnya. Pasalnya, wisatawan domestik jadi jarang berlibur karena harga tiket akomodasi yang mahal.

Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto memaparkan, berdasarkan data dari STR Global perusahaan yang bergerak dalam bidang riset perhotelan, tingkat okupansi di Jakarta pada Februari 2019 hanya sebesar 57,8 persen.

Angka tersebut turun jika dibandingkan pada Februari 2018 yang lalu mencapai 59,2 persen.

Penurunan tersebut bukan hanya di Jakarta, melainkan juga Bali, sepanjang Februari 2019 tingkat okupansi hotel di Bali dari 67,2 persen, menurun menjadi 64 persen.

Baca Juga: Maskapai Masih Rugi, Jadi Harga Tiket Pesawat Naik

“Tiket (penerbangan) domestik itu mempengaruhi wisatawan domestik, karena bagaimana pun wisatawan domestik menjadi penggerak utama wisata di Bali,” ujar Ferry di Jakarta.

Menurutnya, para pengelola hotel dan pelaku industri pariwisata di Bali mengeluhkan kondisi tersebut akibat kenaikan harga tiket pesawat. Jika tak ada upaya memperbaiki kondisi tersebut, maka industri pariwisata Bali yang selama ini menghidupi perekonomian Bali akan semakin tergerus.

Selain itu, perhelatan pesta demokrasi juga tak memberikan angin segar bagi para pebisnis properti. Sebab aktivitas kegiatan partai politik di hotel-hotel tak seramai tahun-tahun politik sebelumnya.

“Lima tahun lalu penggunaan hotel itu cukup tinggi sehingga mampu membantu tingkat hunian hotel bergerak naik. Sekarang ini yang kami lihat kegiatan politik tidak terlalu banyak terkonsentrasi di hotel,” jelasnya.

Dengan turunnya tingkat okupansi ini, berdampak juga pada pendapatan pengelola hotel pada tahun politik saat ini. Demikian juga pengelola hotel juga tak mungkin menaikkan tarif sewa kamar.

Baca Juga: Kasih Hiburan di Pesawat, Citilink Habiskan Dana Rp2,42 M

“Kita belum melihat adanya push factor, seperti tahun lalu saat Asian Games. Wakut itu, baik okupansi maupun tarif kamar naik,” jelasnya.

Penurunan okupansi hunian kamar hotel diprediksi akan terus terjadi hingga Kuartal II-2019. Sebab, pada periode tersebut masyarakat lebih dominan menggunakan uangnya untuk keperluan pada Ramadhan, Idul Fitri, hingga tahun ajaran baru sekolah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: