Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sepekan Terapresiasi 0,82%, Rupiah Butuh Rehat

Sepekan Terapresiasi 0,82%, Rupiah Butuh Rehat Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Selama perdaganagn pekan lalu, rupiah berhasil menguat selama lima hari berturut-turut di hadapan dolar AS. Apresiasi rupiah terhadap dolar AS bahkan menembus angka 0,82% di pekan lalu. Apresiasi yang signifikan tersebut menjadi sinyal bahwa rupiah butuh beristirahat sejenak. 

Lumrah rasanya jika rupiah berbalik mengalami tekanan jual oleh para investor. Pasalnya, dengan penguatan yang sebesar itu akan sangat menggiurkan investor untuk mengambil untung sebesar-besarnya. Alhasil, pada pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah terkoreksi 0,07% ke level Rp14.130 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah, the Real Big Boss Mata Uang Dunia!

Selain mengalami tekanan jual, penguatan rupiah juga tertahan oleh data ketenagakerjaan AS yang dirilis pekan lalu. Sampai dengan Maret lalu, investasi ASI tercatat telah mencipatakan hingga 196.000 lapangan kerja, jauh lebih tinggi daripada konsensus pasar sebesar 180.000 lapangan kerja. 

Hal tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi AS dalam keadaan positif sehingga akan membuat investasi di pasar keuangan AS sekain menarik hati para investor global. Alhasil, kini dolar AS kembali diburu dan kembali memimpin beberapa mata uang dunia, termasuk rupiah. 

Hingga pukul 10.00 WIB, apresiasi dolar AS terhadap rupiah telah mencapai 0,16% ke level Rp14.148. Itu menjadi apresiasi tertinggi yang diperoleh dolar AS pada perdagangan spot pagi ini yang kemudian diikuti oleh apresiasi terhadap won sebesar 0,14% dan yuan sebesar 0,13%. 

Baca Juga: Rupiah Jadi Juara Bertahan? Siapa Takut!

Lain halnya dengan rupiah, setelah beberapa kali memimpin mata uang Asia, kini rupiah menjadi mata uang ketiga terlemah di Asia. Rupiah hanya mampu terapresiasi tipis 0,16% di hadapan won dan 0,03% di hadapan ringgit. 

Yen dan pondsterling menjadi mata uang yang menekan rupiah paling dalam, masing-masing sebesar 0,44% dan 0,31%. Setelah itu, rupiah juga tertekan cukup dalam oleh dolar Taiwan dan dolar Singapura, masing-masing sebesar 0,11% dan 0,09%. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: