Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tanpa Modal, Pengusaha Ini Tembus Pasar Global

Tanpa Modal, Pengusaha Ini Tembus Pasar Global Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rona bahagia menyelimuti wajah pria bernama Sunyoto. Ia tak pernah menyangka selama kurun waktu 20 tahun usahanya membuat mebel dari kayu rotan bisa tetap eksis hingga detik ini. 

Di bawah bendera Mutiara Rotan, produk yang dihasilkan Sunyoto kini bukan hanya dikenal di Indonesia tetapi manca negara. Mebel-mebel berkualitas miliknya dikirim ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan ekspor, serta pabrik-pabrik besar di sejumlah wilayah di Indonesia.

Kisah sukses Sunyoto dalam membangun bisnis kerajaan mebel telah memberikan warna dan cerita sendiri bagi setiap pelaku UMKM di daerahnya. Saat ditemui di rumahnya, warga Desa Trangsang, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah ini bercerita usahanya merintis bisnis mebel dimulai dari modal 0 rupiah. 

Krisis moneter pada tahun 1998 membuat dirinya harus berhenti bekerja sebagai buruh di pabrik mebel. Sadar dirinya memiliki bakat dan kreativitas merakit mebel, ia pun mencoba keberuntungan membuat usaha sendiri di samping rumahnya.

"Saya memang pernah berpikir tidak mau selamanya menjadi buruh. Kebetulan waktu itu krisis moneter. Tahun 1998 saya berhenti bekerja, dan mulai mencoba membangun usaha baru di dunia yang sama dengan modal nekat alias modal 0 rupiah. Alhamdulillah sampai saat ini terus berkembang," ujar Sunyoto.

Baca Juga: Bermodal Nekat, Bisnis Duo Bersaudara Ini Masuk '30 Under 30 Asia Forbes'

Di masa-masa sulit itu, Sunyoto hanya mengambil pesanan dari sejumlah pabrik yang bahan bakunya juga diambil dari perusahaan tersebut. Ia kerjakan dengan tangan sendiri tanpa karyawan. Pelan-pelan dari hasil tabungan yang ia simpan, Sunyoto mulai membeli bahan baku sendiri secara kecil-kecilan. 

Lalu merekrut karyawan empat orang. Ia yakin bisnisnya akan terus meningkat karena sudah memiliki banyak jaringan dengan pabrik-pabrik. Hanya saja salah satu kendalanya ada di modal. Mengingat permintaan semakin banyak.

Dari situlah Sunyoto memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman modal dari bank konvensional. Namun karena bunganya terlalu tinggi, Sunyoto tak mau melanjutkan pinjaman. 

Untuk melanjutkan usahanya, dirinya beralih ke BPR Kartasura Makmur dan mendapatkan pinjaman bunga lunak sebesar Rp50 juta. Pinjaman bunga lunak ini merupakan program dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) yang bekerja sama dengan sejumlah BPR di Tanah Air sebagai lembaga penyalur.

Menurutnya, pinjaman tersebut memiliki bunga yang jauh lebih murah dibandingkan lainnya, yaitu 0,85% per bulan. Dengan pinjaman modal tersebut, ia mulai mengembangkan bisnisnya, terutama untuk menambah bahan baku dan peralatan pabrik. 

Bermitra dengan BPR Kartasura Makmur pada 2014 lalu, kini bisnis Sunyoto kian besar dan berkembang pesat. Karyawan pun bertambah menjadi 24 orang. Pasarnya tidak hanya menembus ke dalam negeri tapi juga luar negeri. Permintaan pesanan juga terus meningkat.

Baca Juga: Pengusaha VS Entrepreneur, Apa Bedanya?

"Permintaan itu ada yang dari Jerman, Australia, Kanada dan juga Prancis. Jenisnya macam-macam ada kursi, meja, keranjang bayi, ada juga peti mati. Tergantung pesanan. Jadi kita kirim melalui pabrik-pabrik yang sudah bermitra lama dengan kita. Dalam satu bulan kita bisa kirim satu kontainer," ujar Sunyoto mengungkapkan.

Kreativitas menciptakan inovasi baru adalah strategi yang terus dibentuk oleh Sunyoto untuk melanjutkan usahanya agar terus berkembang maju. Sebab, pihaknya harus mampu membuat pesanan sesuai yang diinginkan pembeli. Hebatnya untuk menciptakan inovasi baru, Sunyoto dan seluruh karyawan belajar secara otodidak. 

"Yang penting kan kita sudah punya ilmu dasarnya. Tapi memang kalau modelnya baru kita harus eksperimen dan kadang butuh waktu agak lama. Semua tidak ada masalah bisa kita pelajari," ujar pria yang hobi bermain sepeda itu. 

Di Desa Trangsang sejak lama sudah dikenal sebagai desa wisata kampung rotan. Karena mayoritas di daerah ini banyak yang bekerja sebagai pengrajin rotan. Sunyoto melihat prospek bisnis mebel rotan ke depan akan terus maju dan berkembang. Pasalnya, permintaan pasar terus meningkat. 

"Zaman memang sudah semakin modern, tapi kecenderungan orang suka terhadap barang yang unik-unik tidak akan mati, apalagi itu kerajinan tangan. Yang penting kreasi kita aja," tandasnya. 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: