Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DIFC Bangun Jembatan Antara Fintechs AS, Eropa dan Timur Tengah dengan Program Ini

DIFC Bangun Jembatan Antara Fintechs AS, Eropa dan Timur Tengah dengan Program Ini Kredit Foto: Unsplash/Jonas Leupe
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dubai International Financial Centre (DIFC), pusat keuangan internasional terkemuka di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan (MEASA), meluncurkan program residensi di LendIt FinTech USA 2019 untuk startup yang tengah berkembang, dengan tujuan membangun hubungan yang lebih erat antara sektor FinTech yang berkembang di Dubai dan pasar-pasar utama di seluruh dunia.

DIFC FinTech Residency terbuka untuk startup Fintech dari AS dan Eropa yang secara resmi diluncurkan pada konferensi tersebut. Program ini akan memilih satu startup, berdasarkan rencana bisnis dan strategi pertumbuhan mereka, yang akan menerima program residensi gratis selama 12 bulan di DIFC. DIFC akan membantu mereka meningkatkan skala bisnis mereka di wilayah ini, memungkinkan mereka untuk memanfaatkan potensi besar yang disajikan oleh pasar negara berkembang yang tumbuh cepat di MEASA.

Peserta yang berhasil akan menerima penerbangan pulang-pergi dari negara asal mereka, akomodasi yang berlokasi di pusat kota Dubai, dan Lisensi Penelitian & Pengembangan FinTech dari DIFC, serta akses ke ruang kerja kolaboratif, ekosistem yang dinamis dari lembaga keuangan dan investor terkemuka , dan lokakarya khusus tentang cara menavigasi pasar regional.

Chief Executive Officer of DIFC Authority, Arif Amiri, mengatakan, meskipun pertumbuhannya menjadi perhatian di tingkat global, industri FinTech hanya menyadari sebagian kecil dari potensi sebenarnya. Peluang nyata terletak di pasar negara berkembang, yang sebagian besar masih belum dimanfaatkan karena kurangnya akses ke layanan keuangan.

“Ini adalah salah satu alasan mengapa kami meluncurkan program residensi kami, sehingga para start-up dari AS dan Eropa dapat menyaksikan langsung apa yang ditawarkan oleh wilayah MEASA," ujar Arif dalam keterangan resminya, Rabu (10/4/2019).

Ia melanjutkan, dengan hampir 70% dari populasinya memiliki akses terbatas atau tidak ada layanan keuangan, wilayah ini memiliki banyak peluang yang terus-menerus didorong oleh kebutuhan yang semakin meningkat akan solusi keuangan.

"Sebagai ekosistem FinTech yang paling komprehensif di kawasan ini, kami telah menciptakan lingkungan bisnis yang memungkinkan untuk membantu perusahaan dan investor FinTech memanfaatkan peluang ini, mengingat perlunya akses ke pendanaan, regulasi, dan infrastruktur," tambahnya.

Peluang yang dihadirkan oleh Kawasan Timur Tengah dan Afrika telah menjadi salah satu topik hangat di konferensi LendIt Fintech USA tahun ini, dengan DIFC memimpin diskusi melalui peluncuran laporan ‘A Roadmap for FinTech Firms Entering the Fast-Growing Emerging Markets’.
Laporan ini memberikan rekomendasi dan panduan untuk perusahaan-perusahaan FinTech yang ingin memanfaatkan potensi pertumbuhan wilayah tersebut.

Menurut laporan tersebut, jumlah perusahaan FinTech di MEA diperkirakan akan mencapai 1.845 pada tahun 2022, hampir empat kali lipat sejak 2015 yang hanya mencapai 559. Dua pendorong utama pertumbuhan ini adalah potensi pasar yang sangat besar, didorong oleh populasi besar yang tidak memiliki rekening bank dan tingginya tingkat adopsi smartphone, dan dukungan ekosistem yang kuat, yang diwakili oleh pengembangan infrastruktur digital dan inisiatif pemerintah untuk inklusi keuangan.

Segmen FinTech yang paling aktif di MEA adalah pembayaran / pengiriman uang, perbankan digital, pinjaman online, crowdfunding, InsurTech, blockchain/crypto, RegTech, kecerdasan buatan dan analitik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: