Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bentuk Leader yang 'Agile', Kubik Leadership Gelar Diskusi Hadapi Era Disruptif

Bentuk Leader yang 'Agile', Kubik Leadership Gelar Diskusi Hadapi Era Disruptif Kredit Foto: Yosi Winosa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kubik Leadership, lembaga training, coaching dan consulting meluncurkan produk terbaru untuk para leader agar lebih agile dalam menghadapi perubahan di era disruptif ini. Bertajuk “Embrace Your Brain  to Become Agile Leader” selama dua hari, 11-12 April 2019 para leader dari berbagai perusahaan belajar bersama sekaligus berlatih menggunakan kemampuan otak yang sangat dahsyat potensinya agar mampu bersaing dan memenangkan kompetisi dan tetap bahagia menjalankan perannya. 

Pada sesi pertama, Jamil Azzaini, CEO Kubik Leadership membuka sesi dengan menyampaikan serangkaian pertanyaan pada peserta mengenai apa saja kondisi yang dihadapi dalam pekerjaan dan kehidupan  sehari hari.

"Ternyata tantangannya sangat tinggi, tidak hanya dari luar tapi juga internal perusahaan. Dari luar misalnya persaingan yang makin tajam, harga yang bergerak naik, digitalisasi  yang menggantikan peran manusia dan ekspektasi pelanggan semakin tinggi, sementara manajemen tetap mengharuskan omset naik dan margin tetap besar. Padahal tim belum bisa di ajak bergerak lebih cepat. Kondisi ini bisa menimbulkan kelelahan dan stress jika tidak di kelola dengan baik," ujar Jamil, Kamis (11/4/2019).

Baca Juga: Penuh Inspirasi! Deretan Perempuan Ini Mampu Jadi Pemimpin Perusahaan

Jamil mengingatkan, bisa jadi selama ini sebagai pemimpin kita belum memaksimalkan kemampuan otak dalam menyelesaikan masalah yang ada. Padahal faktanya otak memiliki lebih dari 100 piranti yang di dalamnya ada sel sel yang disebut neuron.

"Jika semua neuron tersambung akan menjadi 1.800 triliun sambungan dan memiliki potensi luar biasa yang bisa jadi tidak pernah terbayang sebelumnya oleh manusia. Salah satunya adalah bagaimana menjadi pemimpin yang lincah yang dapat menyesuaian kondisi dengan cepat, ditandai dengan emosi yang stabil, fleksibel melihat masalah dan menangkap  peluang serta mengambil keputusan tepat dengan cepat," jelas Jamil.

Pada sesi kedua dan ketiga , dr. Amir Zuhdi, pakar Neuroscience semakin membuka wawasan peserta bagaimana  memanfaatkan otak agar dapat  mengelola dan mentransformasi emosi, sebagai langkah awal menjadi pemimpin yang agile. Bagian otak yang dibahas adalah Prefontal Cortex (PFC) dan Sistem Limbik. PFC cenderung berpikir rasional, mengandalkan logika. Sementara Sistem Limbik atau otak emosi cenderung emosional. 

"Dengan mengenali  9 limbik panas dan bagaimana cara kerja  PFC dan sistim limbik, peserta kini dapat lebih mudah mengendalikan emosi, tidak mudah terpancing dengan hal negatif yang tiba tiba hadir. Bahkan pada saat saat genting sekalipun, peserta masih dapat berpikir tenang dan mengambil keputusan terbaik untuk jangka panjang organisasi. Dengan tools sederhana SLP (Smart-Limbic Prevention) Dr Amir memandu peserta langkah demi langkah menerapkan proses Accept, Redefine, dan perolehan New Mindset," paparnya.

Di sesi berikutnya, Coach Aisya Yuhanida Noor mengajak peserta mengenali diri masing masing, apakah selama ini  termasuk pemimpin yang fleksibel, yang mampu melihat kemungkinan kemungkinan dan  menghadirkan alternatif baru atau malah cenderung kaku, rigid dan tidak mau berubah sama sekali.

"Bagi pemimpin yang kaku, selain hidupnya dipenuhi dengan kesulitan juga berdampak buruk pada kesehatan. Pemimpin yang kaku pun tidak disukai tim, rekan kerja dan lingkungan, untuk itu segeralah lakukan intervensi pada otak, dan bagian otak yang berperan untuk fleksibel adalah Gyrus Cingulatus," ia menjelaskan.

Coach Aisya menyampaikan bagaimana cara kerja Cingulatus melalui permainan sederhana yang menarik sehingga peserta dapat memahami dengan mudah. Selain itu beliau pun memberikan tips yang dapat dipraktekkan di kehidupan sehari hari  agar peserta  semakin fleksibel.

Di hari kedua, asisten coach, Warsono Hadi Mulyono, Personal Quality Trainer,yang juga memandu peserta dari hari pertama memastikan seluruh peserta memahami  semua materi yang telah di sampaikan melalui pertanyaan singkat dan tes sederhana dengan  digital, sebelum masuk ke sesi berikutnya yaitu bagaimana mengambil keputusan dengan tepat dan cepat.

"Ternyata banyak pemimpin yang ragu dan tidak berani mengambil keputusan, bisa jadi karena adanya pertimbangan personal (Self Interest), emosi yang mempengaruhi pengambilan keputusan (Emotional Attachment), dan memori masa lalu yang keliru dan cenderung menghambat otak (Misleading Memory). Dokter Amir kemudian menjelaskan apa yang terjadi pada otak dalam  proses memilih dan memutuskan yang berkaitan dengan Hot & Cool System," kata Warsono.

Setelah mampu membuat sebuah keputusan, tahap berikutnya adalah eksekusi, sesuai dengan salah satu prinsip otak, yaitu otak menyukai keputusan yang di eksekusi. Pada sesi ini Dr Amir mengenalkan konsep “Golden Goals”.

Dalam rangka  mewujudkan peradaban SuksesMulia, Kubik Leadership mengajak para leader menerapkan neuroleadership dalam kehidupan sehari hari, terutama dalam membentuk seluruh pegawai lebih lincah dan tetap enjoy menjalankan pekerjaannya.  Perusahaan maupun organisasi yang belum berkesempatan bergabung pada publik training ini dapat mengontak Kubik Leadership untuk penyelenggaraan inhouse training di instansi/ perusahaan masing masing. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: