Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prabowo Bilang Indonesia Alami Deindustrialisasi, Faktanya Seperti Ini

Prabowo Bilang Indonesia Alami Deindustrialisasi, Faktanya Seperti Ini Kredit Foto: Unsplash/Agto Nugroho
Warta Ekonomi, Jakarta -

Calon Presiden Prabowo Subianto mengatakan, Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi atau penurunan kinerja sektor industri. Hal itu dikatakan Prabowo dalam Debat Kelima Capres-Cawapres dengan tema ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, industri, dan perdagangan di Jakarta, Sabtu (13/4/2019).

Pemerintah pun membantah pandangan Mantan Danjen Koppasus tersebut. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar mengatakan, kontribusi industri manufaktur Indonesia sebagai penopang perekonomian dinilai masih cukup besar. Hal ini terlihat melalui pertumbuhan sektor, peningkatan investasi, penambahan tenaga kerja, dan penerimaan devisa dari ekspor.

"Gejala deindustrialisasi itu ketika kontribusi industri terhadap PDB sangat rendah, artinya menurun drastis. Tetapi, sekarang kan masih cukup tinggi. Apalagi industrinya semakin tumbuh dan investasi terus jalan," kata Haris di Jakarta, Minggu (14/4/2019).

Baca Juga: Indeks Manufaktur Naik, Pelaku Industri Optimistis

Kemenperin mencatat kontribusi industri manufaktur pada PDB nasional berada di angka 20%. Kondisi ini menjadikan Indonesia berada di peringkat kelima di antara negara G-20, setelah China (29,3%), Korea Selatan (27,6%), Jepang (21%), dan Jerman (20,7%).

"Padahal, rata-rata kontribusi sektor manufaktur dunia saat ini hanya sebesar 17%," ujar Haris.

Oleh karena itu, industri manufaktur menjadi sektor andalan dalam penerimaan negara. Hal ini pula yang menjadi perhatian pemerintah untuk semakin menggenjot hiliriasi industri.

Sejalan upaya tersebut, pihaknya akan terus mendorong pendalaman struktur industri di dalam negeri melalaui peningkatan investasi, yang juga bertujuan untuk mensubstitusi produk impor. Investasi di sektor industri manufaktur pada 2014 sebesar Rp195,74 triliun, naik menjadi Rp226,18 triliun di 2018. Ini pun mencerminkan iklim investasi di Indonesia terbilang kondusif.

Penanaman modal tersebut membawa efek berantai bagi pertumbuhan sektor industri, baik skala besar dan sedang maupun skala kecil. Pada periode 2014-2017, terjadi penambahan populasi industri besar dan sedang, dari 2014 sebanyak 25.094 unit usaha menjadi 30.992 unit usaha sehingga tumbuh 5.898 unit usaha.

Sektor industri kecil juga mengalami penambahan dari 2014 sebanyak 3,52 juta unit usaha menjadi 4,49 juta unit usaha di 2017. Artinya, tumbuh hingga 970 ribu industri kecil selama empat tahun tersebut. Dampak positif lainnya adalah terbukanya lapangan pekerjaan yang luas. Hingga saat ini, sektor industri telah menyerap tenaga kerja sebanyak 18,25 juta orang. Jumlah tersebut naik 17,4% dibanding 2015 di angka 15,54 juta orang.

Baca Juga: Kemenperin Genjot Ekspor Lima Sektor Industri di 2019, Apa Saja?

"Selain itu, industri manufaktur konsisten memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai ekspor nasional hingga 73%," imbuhnya.

Nilai ekspor industri pengolahan nonmigas diproyeksi menembus US$130,74 miliar pada tahun lalu. Capaian ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar US$125,10 miliar.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: