Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Startup AI Bawa Indonesia ke Kancah Internasional

Startup AI Bawa Indonesia ke Kancah Internasional Kredit Foto: Nodeflux
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nodeflux membawa nama Indonesia ke kancah internasional melalui demo fitur face recognition yang mampu mendeteksi garis wajah seseorang disesuaikan dengan wajah 60 karakter wayang Indonesia. Fitur canggih ini dipamerkan di South by Southwest (SXSW), konferensi tahunan untuk media interaktif, di Austin, Texas, Amerika Serikat, 8-17 Maret lalu.

Ini merupakan salah satu karya cipta Nodeflux sebagai startup asli Indonesia yang mengedepankan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sebagai sebuah solusi. Nodeflux didirikan oleh dua lulusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2016. Mereka adalah Faris Rahman dan Meidy Fitranto.

Seperti dikutip dari Job-Like Magazine, Faris selaku Co-Founder dan Chief Technology Officer (CTO) Nodeflux, mengungkapkan bahwa di tengah tantangan besar merintis bisnis AI, Nodeflux ingin menjadi katalis kemajuan teknologi Indonesia.

Terjunnya Faris ke dunia startup AI ternyata bukan sebuah kesengajaan. "Awalnya pada 2016, kami memilih big data analytics dengan membuat platform big data untuk solving problem yang terdiri dari data crawling, data analisis, dan visualisasi. Tapi, selama setahun kami melihat ada kesulitan untuk menjual platform," cerita Faris.

Ketika digandeng Jakarta Smart City untuk mengolah data CCTV mereka untuk melihat performa dari CCTV-nya, akhirnya Faris dan Meidy iseng memainkan data image dan data CCTV-nya. Ternyata hasilnya bisa digunakan oleh Jakarta Smart City, dan ada banyak nilai tambah lainnya. Sejak itu, dari big data, mereka masuk ke AI.

Ia mengaku bahwa baru kali ini bekerja di dunia teknologi. Sebelum di Nodeflux, ia bekerja di perusahaan kontraktor di bagian system engineer.

"Memang dulu saya sudah sering develop software pada masa kuliah dan sempat (punya) side job membuat software. Awalnya sebagai startup sangat sulit karena orangnya masih sedikit dan mau tidak mau, kami turun bersama-sama," tuturnya.

Baca Juga: Nodeflux Resmi Menjadi Perusahaan Indonesia Pertama di NVIDIA MSPP

Sebelum memiliki klien, mereka paralel bekerja mencari klien dan berusaha bagaimana memonetisasinya karena nilai tambah di area ini tinggi. Akhirnya mereka bertemu dengan partner yang memperkenalkan pemanfaatan AI untuk mencari solusi. Produk mulai terbentuk dan akhirnya bisa digunakan. Sejak itu, apa yang telah mereka rancang di awal mulai terimplementasi hingga sekarang.

AI masih berkembang dan mereka pun berusaha mengimplementasikannya ke kondisi riil. Mengenai hal apa saja yang bisa dilakukan, mereka menganggap itu adalah tantangan yang tengah dialami.

"Sebenarnya, pengetahuan mengenai AI mudah diperoleh, ada banyak tutorial, tetapi masalahnya adalah bagaimana mengimplementasikannya ke kondisi riil. Untuk mewujudkannya harus menguasai teknologi yang lain, bukan hanya AI," kata Faris.

Melalui teknologi ini, mereka pun ingin menjadi katalis kemajuan teknologi di Indonesia. Mereka memercayai bahwa teknologi bisa menciptakan solusi dan sesuatu yang berdampak untuk masyarakat. Apalagi, perkembangan teknologi sekarang banyak digaungkan mengenai industri 4.0. Mereka harus mengolaborasikan beberapa teknologi untuk solusi yang lebih baik.

Untuk persoalan menyatukan visi bersama tim, Faris mengaku menjual produk teknologi, dan bukan teknologinya. "Itu mindset kami. Kami punya responsibility harus menciptakan sesuatu yang canggih dan itu tidak bisa main-main," ujarnya.

Menurutnya, sebagai pemimpin yang terpenting adalah harus tahu ke mana arahnya, apa pencapaiannya. Namun, dalam prosesnya harus ada keterbukaan dan equality di tim karena bisa jadi anggota tim punya pengetahuan yang lebih. Karenanya Faris mengaku memiliki kalendar untuk berbagi ilmu.

Bagi Faris, sebenarnya kita berada di dunia yang mempermudah untuk belajar dan mengetahui informasi. Cukup buka internet. Ingin bisa masak, ya unggah saja resep masak. Yang membatasi kita hanyalah kemalasan.

"Kami menyebut Nodeflux sebagai donkey camp. Keledai itu kelihatannya bodoh, namun sebenarnya pintar. Dengan nama ini, kami ingin membuat semuanya pintar," tambah Faris.

Baginya, kesuksesan itu relatif. Apa yang kita inginkan, sudah tercapai atau belum. Itulah sukses. Kalau kita menginginkan kondisi seperti yang sekarang ini saja, ya berarti sudah sukses. Apa sih mimpi kita? Sudah tercapaikah mimpi itu? Kejarlah terus mimpi itu.

Baca Juga: Co-Founder Nodeflux Berbagi Pengalamannya Jadi Spesialis AI

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: