Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Doni Monardo Upayakan Sungai Citarum Menjadi Harum

Doni Monardo Upayakan Sungai Citarum Menjadi Harum Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sungai Citarum, sebuah sungai yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Barat ini memberi pengaruh yang sangat luas hingga ke separuh penduduk di Pulau Jawa.

Bagaimana tidak, sungai yang memiliki hulu di Gunung Wayang sebelah selatan kota Bandung ini mengalir di 12 wilayah administrasi kabupaten/kota seperti Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Sumedang, Kab. Indramayu, Kab. Subang, Kab. Purwakarta, Kab. Karawang, Kab. Bekasi, Kab. Bandung Barat, Kab. Bogor, Kota Bandung, Cimahi.

Namun sangat disayangkan, pada tahun 2018 sungai sepanjang 270 kilometer ini dinobatkan sebagai sungai terkotor di dunia oleh World Bank. Tak hanya di situ, enam tahun yang lalu Green Cross Switzerland dan Blacksmith Institute juga menyatakan Sungai Citarum sebagai salah satu tempat paling tercemar di dunia.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Doni Monardo mengatakan, fakor utama yang membuat Citarum sangat tercemar adalah terdapatnya limbah cair ataupun padat yang berasal dari kegiatan rumah tangga, industri, peternakan, dan pertanian.

Doni juga menambahkan, hampir rata-rata tempat tinggal warga di sekitar Sungai Citarum tidak memiliki fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) yang baik. Sehingga limbah seperti deterjen, sampah, kotoran ternak, bahkan tinja manusia dibuang langsung dan bercampur dengan air sungai Citarum.

Baca Juga: 70% Limbah Domestik Cemari Sungai Citarum

Kondisi tak terkontrolnya sungai Citarum menjadikan air sungai ini mengandung zat-zat berbahaya seperti merkuri dan logam berat. Sebagaimana diketahui, apabila manusia mengonsumsi air yang tercemar tersebut maka dalam jangka waktu ke depan akan memberi dampak buruk ke kesehatan.

Bahkan, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pernah mengatakan secara blak-blakan bahwa salah satu penyebab puluhan ribu orang di Jawa Barat yang mengalami gangguan jiwa adalah sungai yang tercemar, dan sungai yang dimaksud adalah Citarum.

"Rumah yang terdapat di pinggir Citarum itu tidak ada tempat khusus MCK. Itu semua mereka buang limbahnya langsung ke air. Saya juga periksa, air Citarum itu mengandung zat-zat berbahaya seperti logam berat dan racun. Sehingga Jawa barat itu tingkat Stunting paling tinggi, autis, gangguan jiwa, dan kanker," jelas Doni Monardo di Gedung Graha Pena, Jakarta, saat bertemu dengan redaksi Warta Ekonomi dan Rakyat Merdeka setelah mendapatkan penghargaan Doni Monardo dari kedua media tersebut.

Ia melanjutkan, tak hanya berdampak pada lingkungan dan kesehatan, fungsi Sungai Citarum juga memberi dampak ekonomi yang skalanya sangat besar. Doni menyebutkan Sungai Citarum memberi dampak penting ke tiga sektor yakni sektor pangan, energi, dan kebutuhan air untuk konsumsi.

Di sektor pangan, Sungai Citarum mengaliri areal irigasi untuk pertanian yang diperkirakan seluas 420.000 hektare. Air bercampur limbah yang terbawa arus Citarum, mengairi sawah petani yang memberikan efek mengurangi hasil panen, ditambah lagi debit air untuk irigasi pada musim kemarau berkurang. Hal tersebut berdampak terhadap melemahnya ketahanan pangan serta penurunan produksi pangan di wilayah tersebut.

Citarum juga menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan 28 Juta masyarakat. Sungai ini merupakan sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung.

Sementara itu untuk di sektor energi khususnya listrik, Sungai Citarum mencakup tiga Waduk secara kaskade yang masing- masing dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Ketiganya adalah Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur.

Ketiga Waduk tersebut memiliki kapasitas yang berbeda. Untuk Saguling memiliki kapasitas 750 Megawatt (MW), Cirata 1.000 MW, dan Jatiluhur 187,5 MW. Sehingga jika ditotal secara keseluruhan, ketiga bendungan yang berasal dari sungai Citarum adalah hampir menyentuh angka 2.000 Megawatt.

Ketika dirinya ditugaskan sebagai Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi pada 2017 lalu, Doni mengatakan dirinya tergerak untuk membuat program pembersihan Sungai Citarum. Program tersebut dinamakan Citarum Harum yang bertujuan untuk mengembalikan sungai Citarum seperti sedia kala.

"Ketika diangkat menjadi Pangdam Siliwangi, saya bilang secara spontan akan membantu Jawa Barat dari kerusakan ekosistem. Walaupun saya orang Sumbar tapi lahir di Cimahi. Dan itu semakin mendorong saya untuk membantu Citarum," jelasnya.

Pengembalian fungsi Citarum yang tengah dilakukannya mendapat dukungan penuh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melalui penerbitan Perpres Nomor 15/2018. Perpres tersebut berisikan Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. 

Aliran Citarum dibagi menjadi beberapa sektor, dengan setiap sektor koordinasinya dipimpin oleh perwira berpangkat kolonel. Setiap Sektor diinstruksikan untuk melihat dan membuat gambaran permasalahan, beraksi di lapangan, dan melaporkan progres yang telah dikerjakan di setiap sektor.

Doni mengaskan strategi terpenting yang diterapkan untuk mengembalikan Citarum yang diipikan adalah, merubah budaya masyarakatnya dan menerapkan satu kesatuan Komando dengan seluruh stakeholders agar bersama bergotong royong.

"Air sumber kehidupan, sungai adalah peradaban sebuah bangsa. Tapi apakah kita beradab ketika kita membiarkan sungai seperti ini (kotor dan tercemar)," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: