Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

'Twitter, Platform untuk Melecehkan Orang Lain'

'Twitter, Platform untuk Melecehkan Orang Lain' Kredit Foto: CNBC
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jack Dorsey, CEO Twitter naik ke panggung dalam acara TED (Technology, Entertainment, Design) pada hari Selasa (16/4/2019), sehari setelah menerima kritik karena pelecehan dan kesalahan informasi pada platform media sosialnya.

Dorsey berbicara dengan Kepala TED, Chris Anderson, dan kurator urusan konferensi saat ini, Whitney Pennington Rodgers, tentang kontroversi itu.

"Kami telah melihat pelecehan, kami telah melihat manipulasi, otomatisasi, koordinasi manusia, informasi yang salah," kata Dorsey, ini adalah dinamika yang tidak kami harapkan 13 tahun yang lalu."

Dorsey mengatakan kekhawatiran terbesarnya adalah kemampuannya untuk mengatasi masalah ini dengan cara yang sistemik. Dia mengakui bahwa Twitter telah menciptakan "situasi yang sangat mengerikan" bagi wanita, tetapi mengatakan perusahaan lebih mengandalkan pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi tweets yang kejam.

Baca Juga: Cuma Terima Gaji Kurang dari Rp20 Ribu, CEO Twitter Tak Jatuh Miskin

"Saat ini sistem membuatnya sangat mudah untuk melecehkan dan menyalahgunakan orang lain," kata Dorsey.

Salah satu masalah dengan platform saat ini, katanya, adalah yang menempatkan beban yang tidak semestinya pada followers dan likes. Dorsey mengatakan jika dia bisa kembali dan membuat kembali Twitter, dia bahkan tidak akan memiliki hitungan yang sama sejak awal.

Bahkan ketika CEO sedang mendiskusikan rencananya untuk memerangi pelecehan, dia menerima pushback baik di dalam maupun di luar panggung.

Baca Juga: CEO Twitter: Internet Akan Miliki Mata Uangnya Sendiri

Carole Cadwalladr, jurnalis yang memecahkan skandal Cambridge Analytica, men-tweet pertanyaan langsung kepada Dorsey, menanyakan tentang pengalamannya sendiri dengan pelecehan di Twitter:

Sehari sebelumnya di TED, Cadwalladr menyebut Dorsey dan CEO Facebook Mark Zuckerberg sebagai "puteri otoriterisme" karena mengizinkan penyalahgunaan menyebar di media sosial.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: