Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Mantan Teroris Dirikan Usaha dari Koperasi

Cerita Mantan Teroris Dirikan Usaha dari Koperasi Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Terbentuknya Koperasi Komunitas Mantan Narapidana teroris dan Gerakan Aktivis Radikal (Kontantragis) berawal dari pertemuan seorang mantan teroris bernama Asep H Arsyad Alsadaad dengan Budi, korban pemboman Hotel JW Marriot, Jakarta.

Budi yang mengalami luka bakar di badannya mengubah pikiran dan melunakkan hati Asep. Asep mengaku prihatin setelah melihat langsung penderitaan korban pemboman.

"Saya mulai berpikir (untuk) menegakkan (syariat Islam) tidak dengan kekerasan lagi," beber Asep.

Pertemuan dengan Budi itu tidak lain atas jasa Abu Luqman, mantan kombatan Afganistan asal Indonesia, yang mengajaknya menghadiri seminar dari Prof Sarliro Wirawan terkait terorisme dan radikalisme pada 2013. Dari sanalah ia dipertemukan dengan Budi, korban JW Marriot.

"Kami mendengar dari korban tersebut hal-hal yang membuat kami prihatin, terenyuh. Setelah itu kami berkumpul dengan rekan-rekan untuk mengubah paradigma perjuangan dari kekerasan menjadi lebih baik dengan dakwah dan memberi contoh kegiatan islami kepada mereka," ungkap Asep.

Baca Juga: Koperasi Mantan Napi Terorisme Perluas Pasarnya ke Pesantren

Pria berumur 35 tahun ini kemudian melanjutkan, "Saya berpikir untuk membuat komunitas yang diberi nama Kontantragis itu pada 28 Oktober 2017. Ketika itu dihadiri bukan hanya kombatan, tapi juga para bomber dan napi lain, juga aktivis gerakan radikal yang sepakat gabung."

Hasilnya, ia lantas berkoordinasi dengan sejumlah rekannya dari berbagai faksi atau kabilah Negara Islam Indonesia (NII). Diketahui, Asep sempat tergabung sebagai anggota NII.

Mereka lantas sepakat untuk mendirikan Komunitas Mantan Narapidana teroris dan Gerakan Aktivis Radikal (Kontantragis) di Bandung. Setelah berdiri, komunitas tersebut menemui Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Barat dan Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) pusat pada 2018.

"Kami disarankan untuk membentuk koperasi atas bimbingan Dekopin, Lapenkop, dan Koperasi Mitra Malabar," katanya.

Sebelum membentuk koperasi, mereka sebenarnya telah memulai perintisan usaha di bidang peternakan, yakni ternak domba dan ayam. Mereka mendapati ternak ayam sangat menguntungkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam perkembangannya, usaha mereka kemudian berkembang ke ranah lain.

Setelah Kontantragis terbentuk, mereka mendirikan yayasan untuk mewadahi semua komunitas yang sama di Jatim dan Jateng. "Yayasan pusatnya di Sumedang di Perumahan Panorama, namanya Yayasan Masyarakat Strategis Safinatun Najah," katanya.

Pendirian Kontantragis sendiri difasilitasi oleh Hendra, Ketua Koordinator Forum Ormas dan Komunitas Jabar dengan bantuan finansial dari LSM Perkara dan Laskar Merah Putih Jabar.

Baca Juga: Reformasi Total Koperasi Diharapkan Mampu Tingkatkan PDB Koperasi

Asep dan rekan-rekan yang semula menganggap koperasi sebagai gerakan riba berubah pikiran ketika mengenal prinsip koperasi yang berlandaskan kebersamaan dan kegotongroyongan. Namun, untuk menghindarikan diri dari praktik riba, mereka memilih menjadi koperasi produksi dan tidak membuka unit simpan pinjam.

"Kami memilih koperasi karena koperasi bukan sekadar gerakan ekonomi, tapi lebih penting melakukan sesuatu secara bersama-sama bergotong-royong dan dari situ bisa ke mana-mana," kata Asep.

Koperasi pertama didirikan di Garut di kawasan Jalan Nusa Indah Nomor 16 A, Desa Jaya Raga, Kecamatan Tarogong Kidul mewadahi para eks-napi untuk mulai belajar meracik kopi, cokelat, menanam sirih untuk bahan baku sabun hingga membuat kerajinan tas anyaman dari limbah.

Berbagai produk kreatif itu dihasilkan setelah para napi mendapat bimbingan teknis dari Koperasi Mitra Malabar Bandung.

Meski telah berjalan, Asep mengaku koperasinya masih kesulitan memperoleh pendanaan guna pengembangan usahanya. Ia berharap ada perhatian khusus dari pemerintah untuk penguatan modal maupun pendampingan.

Koperasi tersebut menyediakan bahan baku untuk diolah menjadi produk oleh Koperasi Mitra Malabar. Lalu, Kontantragis Bahagia kembali berperan menyebarkan produknya ke pesantren. "Target kami bisa memasarkan rutin ke 1.000 pesantren," ucapnya.

Wilayah Tasikmalaya dan Ciamis menjadi target pemasaran itu. Target berikutnya adalah menggempur pasar online agar produknya bisa dinikmati pasar yang lebih luas.

Baca Juga: Kemenkop-UKM dan Kopindo Terus Gulirkan Re-Branding Koperasi

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: