Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Percaya Hasil Quick Count, Ini Lho yang Perlu Dilakukan Prabowo Cs

Tak Percaya Hasil Quick Count, Ini Lho yang Perlu Dilakukan Prabowo Cs Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harapan publik agar pemberitaan pasca Pemilihan Umum (Pemilu) serentak dapat segera ‘cooling down’ dari hiruk-pikuk kontestasi calon presiden terpaksa harus tertunda. Pasalnya, gelaran pemilihan presiden, anggota legislatif, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu masih menyisakan perdebatan saling klaim kemenangan antara Calon Presiden Kubu 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amien, dan Kubu 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Validitas dan akurasi data sistem hitung cepat (quick count) hasil lembaga-lembaga survey yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amien dipertanyakan oleh tim sukses kubu 02 yang mengklaim memiliki data internal di mana Prabowo Subianto-Sandiaga Uno disebut memenangi Pilpres kali ini.

Mengomentari kondisi tersebut, Pengamat Politik, Ray Rangkuti, pun punya saran agar perbedaan cara pandang oleh Tim Badan Pemenangan Pemilu (BPN) Prabowo-Sandi itu tidak berpotensi membawa dampak luas di masyarakat.

Baca Juga: Moeldoko Sindir Real Count Internal Kubu Prabowo, Pedas Banget

“Sebelum koar-koar deklarasi kemenangan, salahkan pihak sana-sini, tuding kanan-kiri bahwa telah lakukan kecurangan, satu hal yang harusnya dilakukan Pak Prabowo dan belum dia dan timnya lakukan. Apa itu? Introspeksi diri,” ujar Ray, kepada Warta Ekonomi, Sabtu (21/4/2019).

Menurut Ray, adanya peluang perbedaan data di lapangan kuncinya terletak pada para saksi yang ditempatkannya di masing-masing Tempat Pemungutan Suara (TPS). Yang jadi pertanyaan kemudian adalah apakah para saksi dari kubu Prabowo itu telah bertugas dengan benar dan dilengkapi dengan data-data memadai.

“Mereka harusnya yang pertama dilakukan adalah introspeksi diri ke internal tim mereka sendiri, apakah saksi-saksi mereka sudah bekerja dengan benar? Kalau sudah bekerja dengan benar, kok bisa data yang dihimpun di lapangan itu beda sendiri dengan pihak-pihak lain yang juga ada di lapangan? Jangan-jangan tim mereka yang kerjanya tidak benar, misalnya. Jadi jangan tuding orang lain dulu, tapi introspeksi dulu ke internal tim sendiri,” tutur Ray.

Baca Juga: Kubu Jokowi dan Prabowo Tidak Berhak Saling Klaim Menang

Kalau pun memang kinerja para saksi tersebut sudah bisa dipastikan benar dan tidak melenceng dari ketentuan, lanjut Ray, maka tahapan selanjutnya adalah membuka data-data yang dimiliki dan kemudian mengujinya melawan data-data yang dimiliki oleh pihak-pihak yang dianggap berlawanan. Jika tahapan-tahapan itu yang dilakukan, Ray meyakini masalah perbedaan data akan lebih cepat terurai tanpa perlu menimbulkan kehebohan di masyarakat.

“Jadi kalau kalian sudah bisa pastikan saksi-saksi kalian kerjanya bener, punya data-data yang kuat, ya sudah buka saja datanya. Tak perlu sampai rame menuduh orang lain. Semua sudah ada ketentuannya kok," tegasnya.

Bahkan, Ray melanjutkan, kalau saksi sudah punya data, untuk selisih satu suara saja di level TPS, itu penghitungan suara bisa diulang. Tidak perlu sampai dibawa ke level nasional, cukup saksi itu saja buka datanya di TPS bahwa ada selisih jumlah suara.

"Jika memang datanya valid dan bisa dipertanggungjawabkan, itu KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) wajib hitung suara ulang. Jadi nggak usah rame-rame di media, bikin statement macem-macem, tapi datanya malah nggak ada,” tegas Ray.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: