Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tol Sudah Tersedia, Ini PR Lanjutan untuk Benahi Problem Distribusi Indonesia

Tol Sudah Tersedia, Ini PR Lanjutan untuk Benahi Problem Distribusi Indonesia Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Membincang sosok Presiden Joko Widodo seolah tak akan pernah bisa lepas dari milestone pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas utama pada masa kepemimpinannya dalam lima tahun terakhir.

Salah satunya adalah pembangunan jalan tol, di mana terhitung sejak Presiden Jokowi dilantik pada 2014 lalu, sedikitnya ada 949 kilometer jalan tol baru yang mulai dioperasikan. Jumlah itu diklaim jauh melebihi capaian pembangunan jalan tol dalam sejarah Indonesia terhitung sejak ruas pertama Jagorawi pada 1973 lalu hingga 2014 yang tercatat 'hanya' mencapai 784,7 kilometer.

Benar-benar digenjotnya pembangunan jalan tol ini diharapkan dapat menjawab permasalahan distribusi yang selama ini membuat harga-harga barang di daerah melambung tinggi dan aktivitas perekonomian nasional menjadi tidak efisien, atau biasa disebut dengan istilah high cost economy.

Sayangnya, meski kini jalan tol relatif telah tersedia dan beroperasi di berbagai wilayah di Indonesia, masalah distribusi rupanya tidak serta-merta teratasi. Persoalan penting lain yang belum terjawab dan menjadi tugas lanjutan pemerintah adalah mengurai sengkarut permasalahan logistik berupa tidak meratanya armada logistik yang tersedia di pasar.

Baca Juga: Setelah Fintech, Startup Logistik Diprediksi Bakal Booming

"Kita bisa lihat sekarang Go-Jek sudah coba bantu dan cukup sukses beresin di (segmen) motor dan sebagian di (segmen) mobil. Sekarang pertanyaannya, siapa yang mau dan bisa beresin soal truk? Belum ada. Padahal itu krusial untuk memastikan suplai barang ke daerah," ujar Partner Convergence Ventures, Donald Wihardja kepada Warta Ekonomi di Jakarta beberapa waktu lalu.

"Biar jalan (tol)-nya sudah ready kalau truknya enggak ada, gimana? Ini yang sering terjadi saat Lebaran. Ada banyak tempat yang kehabisan stok karena memang kehabisan dan enggak bisa restock karena enggak ada armada yang ready untuk kirim ke sana."

Guna membenahi persoalan laten dalam hal distribusi itu, menurut Donald, perlu ada satu pihak yang mampu mengorganisasi seluruh atau paling tidak sebagian besar jumlah truk yang tersedia di lapangan sehingga sesuai dengan permintaan.

Saat ini, Donald mencatat, ada lebih dari tujuh juta unit truk yang beroperasi di Indonesia. Sedangkan perusahaan trucking terbesar di Indonesia hanya memiliki kurang dari dua ribu unit.

"Artinya apa? Penguasaan pasar di bisnis trucking itu relatif merata dan sangat banyak pemainnya. Mereka ini selama ini jalan sendiri-sendiri, jadi pantas dan enggak heran kalau di satu waktu unit (truk) bisa saja bertumpuk di satu tempat, dan di tempat lain malah kekurangan," tutur Donald.

Kondisi ini serupa dengan persoalan di bisnis ojek selama ini ketika banyak masyarakat yang membutuhkan, namun pada saat yang sama banyak tukang ojek yang menganggur di pangkalan-pangkalan ojek.

Berbekal pemahaman tersebut, Convergence Venture sebagai perusahaan venture capital (VC) pun disebut Donald tengah menanti para pelaku startup yang mampu dan berani tampil untuk merampungkan sengkarut permasalahan di industri trucking di Indonesia.

"Itulah kenapa kami sangat yakin segmen logistik ke depan menjadi salah satu sektor yang sangat prospektif bersama dengan sektor healthcare dan education," tegas Donald.

Baca Juga: Kabar Gembira! Pemerintah Bakal Suntikkan Dana Rp1 Miliar Buat Startup Tanah Air

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: