Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Empat Benua, Rupiah yang Terlemah

Di Empat Benua, Rupiah yang Terlemah Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mimpi buruk berkepanjangan kembali dialami rupiah di pekan ini. Sudah mendekati akhir pekan, rupiah masih saja mendapat tekanan dari segala penjuru dunia. Alhasil, hingga pukul 11.20 WIB, rupiah menjadi mata uang terlemah di empat benua.

Dimulai dari Benua Amerika, rupiah mendapat depresiasi sebesar 0,39% ke level Rp14.150 per dolar AS. Ya, akhir-akhir ini dolar AS memang sedang laris manis setelah Trump meniupkan peluit perang dagang dengan Uni Eropa. Hal itu lantas membuat investor global ramai berlindung di bawah naungan dolar AS sebagai aset safe haven. 

Baca Juga: Ya Rupiah, Ya IHSG, Sama-Sama Tersiksa!

Berlalu dari Amerika, rupiah juga mendapat tekanan dari lawan tanding AS, yaitu Eropa. Mata uang Eropa seperti euro dan poundsterling turut menekan rupiah masing-masing sebesar 0,44% dan 0,42%.

Begitu pun juga mata uang kebanggaan Benua Australia, dolar Australia yang juga menekan rupiah hingga 0,50%. 

Baca Juga: Rupiah KO Lagi? Tuman!

Lantas bagaimana dengan Asia?

Mayoritas mata uang Asia juga mengalami nasib yang sama dengan rupiah, yaitu tertekan oleh dolar AS. Investor global mulai menjauh dari aset-aset berisiko berbasis keuangan dari negara berkembang di Asia. Meskipun begitu, tak ada yang separah rupiah. 

Rupiah menjadi yang paling tertekan di Asia. Jauh lebih buruk dari hari kemarin, di mana rupiah masih lebih unggul daripada baht dan won.

Mata uang benua kuning yang paling menekan rupiah adalah yen dengan apresiasi sebesar 0,58% terhadap rupiah. Berikutnya ada dolar Hongkong dengan apresiasi sebesar  0,45%, yuan sebesar 0,33%, dan dolar Singapura sebesar 0,33%. 

Mata uang negeri ginseng, won, juga tak mau ketinggalan menekan rupiah sebesar 0,25% yang juga diikuti oleh baht dengan apresiasi sebesar 0,18%.

Baca Juga: Kasus DBD di Bali Melonjak di Awal Tahun, Tembus 1.566 Kasus!

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: