Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Berjuang Lawan Dolar AS, BI Masih Mau Kalem?

Rupiah Berjuang Lawan Dolar AS, BI Masih Mau Kalem? Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sudah lebih dari sepekan rupiah tertindas oleh mata uang negara Paman Sam, dolar AS. Hingga akhir pekan lalu, koreksi rupiah atas dolar AS sudah mencapai 0,99%. Hal itu pun masih berlanjut di awal pekan ini.

Pada pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah langsung terkoreksi 0,04% ke level Rp14.185 per dolar AS. Rupiah perlahan mengikis koreksi tersebut hingga akhirnya berbalik terapresiasi 0,03% terhadap dolar AS, terhitung sampai dengan pukul 09.45 WIB.

Sebagai informasi, data ekonomi AS di kuartal I tahun 2019 ini terbilang kinclong dan menyilaukan bagi pelaku pasar. Pasalnya, angka pertumbuhan ekonomi AS tercatat sebesar 3,2% di kuartal pertama ini. Belum lagi, pertumbuhan angka penjualan barang ritel AS yang mencapai 1,6% dan sekaligus menjadi yang tertinggi sejak September 2017 lalu. 

Baca Juga: Ekonomi Tumbuh, Tapi Dolar AS Tertekan

Hal itu tentu menjadi pemikat tersendiri bagi dolar AS sehingga di pekan lalu ramai diburu oleh investor.

Namun, lain halnya di pekan ini. Bak habis manis sepah dibuang, setelah harga naik cukup signifikan para investor justru segera mengambil aksi profit taking dengan melepas dolar AS secara bersamaan. Alhasil, dolar AS kini terkoreksi oleh mayoritas mata uang dunia. Hanya yuan, dolar Hongkong, dan yen-lah yang masih mampu ditaklukkan dolar AS. 

Rupiah Pimpin Asia

Jika dolar AS tengah mengalami tekanan jual, rupiah justru sebaliknya. Meskipun dibuka dengan koreksi, rupiah berbalik memimpin penguatan mata uang Asia. Harga yang sudah teramat murah membuat rupiah laris manis dibeli investor. 

Baca Juga: Di Empat Benua, Rupiah yang Terlemah

Ya, boleh jadi itulah yang menjadi suntikan daya bagi rupiah. Pasalnya, rupiah seakan tak menerima katalisator lain dari dalam negeri. Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali menahan suku bunga acuan di level 6%.

Padahal, jika saja BI menaikkan suku bunga acuan, minat investor global untuk bermain di pasar investasi Indonesia akan meningkat sehingga aliran dana modal asing mengalir deras dan menjadi penopang rupiah. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: