Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lewat CSR, Campina Dorong Petani Jamur Tingkatkan Nilai Jual

Lewat CSR, Campina Dorong Petani Jamur Tingkatkan Nilai Jual Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Surabaya -

PT Campina Ice Cream Industry Tbk (Campina) terus mendorong para petani jamur yang berada di Desa Kuniran, Ngawi, Jatim, untuk meningkatkan nilai jual yang tinggi. Hal itu dikarenakan, jamur kini mulai banyak diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi

Direktur Campina Hendro Hadipranoto mengatakan dukungan kepada petani jamur melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) selama proses pembudidayaan maupun pengolahan pascapanen diharapkan meningkatkan pendapatan petani.

Baca Juga: Selama 2018, Bank Sumut Kucurkan Rp1,58 M Dana CSR ke BPJS Ketenagakerjaan Sumbagut

"Dan pada akhirnya kegiatan budidaya jamur tiram ini akan meningkatkan kesejahteraan mereka,” tegas Hendro, di sela kegiatan pengenalan kepada petani jamur tentang berbagai masakan olahan jamur tiram di Desa Kuniran, Kecamatan Sine, Ngawi, kemarin

Lebih lanjut, Hendro mengungkapkan, usaha budidaya jamur sebenarnya cukup memberikan peluang bisnis yang menjanjikan seiring dengan meningkatnya kebutuhan jamur tiram lantaran semakin banyak orang yang ingin menerapkan pola hidup sehat dengan banyak mengonsumsi makanan organik.

Peluang bisnis itu sudah seharusnya juga diikuti oleh petani dengan perbaikan dalam proses budidaya jamur dengan menerapkan teknologi yang maju untuk menghasilkan jamur dengan kualitas yang baik.

Baca Juga: Travel Menjamur, Operasional Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru Tak Lagi Optimal

Selain itu, agar nilai jual jamur bisa meningkat dari sekarang di kisaran Rp10.000 hingga Rp12.000 per kilogram (kg), petani juga seharusnya tidak langsung menjual jamur dalam kondisi mentah dan menyimpannya serta membuatnya dalam berbagai produk olahan. Teknik penyimpannya juga semestinya menjadi perhatian petani. Jamur tidak akan busuk selama 6 bulan asalkan penyimpannya tepat.

Selama penyimpannya itu, jamur bisa diolah menjadi berbagai produk olahan. Apabila mereka menjual jamur tiram dalam bentuk olahan, nilai jualnya bisa mencapai Rp120.000 hingga Rp150.000.

Saat ini, berbagai masakan olahan jamur tiram yang telah menggantikan konsumsi daging telah berhasil dikembangkan dan diminati pasar, seperti sate jamur, soto jamur, siomay jamur, pangsit mie jamur dan lainnya.

"Peningkatan nilai jual jamur melalui berbagai olahan masakah inilah yang sebenarnya kami ingin dorong melalui program CSR kami disini,” terang Hendro.

Hendro menyebutkan, Campina juga mendorong petani jamur agar menjadikan usaha budidaya jamur tiram dilakukan secara terintegrasi, artinya semua yang dihasilkan dari budidaya jamur ini memberi nilai kepada petani. Seperti sampah yang dihasilkan dari proses pengolahan jamur ini nantinya juga bisa dijadikan pupuk organik bagi tanaman yang diusahakan petani atau bisa dijual dalam bentuk pupuk organik.

Oleh karena itu, untuk pengembangan usaha jamur tiram di desa Kuniran, Campina telah menyalurkan bantuan media tanam jamur (bag log) sebanyak 5.000 unit serta pendampingan cara pengolahan jamur menjadi berbagai menu masakan.

"Harapan kami mereka akan termotivasi untuk meningkatkan pola budidaya jamur secara baik dan mampu menghasilkan berbagai produk olahan jamur,” kata Hendro.

Hendro menambahkan, dukungan Campina pada usaha budidaya jamur ini sejalan dengan misinya yang peduli terhadap lingkungan dari pemanasan global dengan mengonsumsi produk organik. 

"Untuk mengatasi pemanasan global, haruslah dari kita sendiri dulu dan itu kita mulai dengan mengonsumsi produk organik seperti jamur tiram ini,” pungkas Hendro. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: