Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Koordinasi dan Bauran Kebijakan, Resep BI Jaga Stabilitas Sistem Keuangan

Koordinasi dan Bauran Kebijakan, Resep BI Jaga Stabilitas Sistem Keuangan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah ketidakpastian global, stabilitas sistem keuangan (SSK) sepanjang 2018 hingga saat ini dapat terjaga berkat formulasi kebijakan moneter yang diarahkan guna menjaga stabilitas sementara kebijakan lainnya diarahkan lebih akomodatif dalam mendorong permintaan domestik, termasuk kebijakan makroprudensial.

“Bagaimana jamu pahit berupa kenaikan suku bunga kebijakan di sisi moneter tidak berdampak pada kenaikan suku bunga kredit perbankan karena BI memberikan jamu manis di sisi kebijakan makroprudensial," kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, saat meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan Semester II 2018 (No.32 Edisi Maret 2019) yang mengusung tema “Penguatan Intermediasi di tengah Ketidakpastian Ekonomi Global”.

Baca Juga: Rupiah Berjuang Lawan Dolar AS, BI Masih Mau Kalem?

Lebih lanjut, Perry menyampaikan bahwa konsistensi implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif yang didukung oleh koordinasi dan kerjasama yang erat dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan otoritas terkait lainnya menunjukkan hasil positif dimana intermediasi terus tumbuh membaik, permodalan bank tinggi dan risiko likuiditas terjaga dengan baik, serta indeks SSK tetap terjaga dalam zona aman.

Sepanjang semester II 2018, BI memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif dengan melakukan: a) Pelonggaran kembali Rasio Loan to Value/Financiang to Value (LTV/FTV) untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) berupa pelonggaran besaran rasio LTV/FTV untuk fasilitas kredit pertama, pelonggaran fasilitas inden, dan pelonggaran termin pembayaran; b) Penyempurnaan ketentuan GWM LFR menjadi Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) untuk mendorong intermediasi perbankan; c) Implementasi instrumen Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan; d) Mempertahankan besaran CCB pada level 0%; e) Secara konsisten senantiasa berupaya mengembangkan UMKM.

Baca Juga: Investor Hengkang dari Pasar Investasi Indonesia, BI Mau Gimana?

"Ke depan, BI memperkirakan SSK Indonesia akan tetap terjaga. Pertumbuhan kredit dan DPK perbankan diperkirakan dalam kisaran 10-12% (yoy) dan 8-10% (yoy). Siklus keuangan yang telah menunjukkan arah ekspansi, diperkirakan akan terus menguat," cetus Perry.

Kinerja korporasi non-keuangan juga terjaga dan terus melanjutkan ekspansi. Optimisme tersebut didukung oleh kebijakan BI untuk melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif.

"BI akan tetap berkomitmen untuk melakukan penguatan intermediasi yang didukung dengan permodalan dan likuiditas yang memadai. Selain evaluasi kebijakan rasio LTV/FTV secara berkala akan dievaluasi, kebijakan RIM juga akan terus ditinjau ulang untuk mendorong intermediasi yang bersifat wholesale," paparnya.

Ketentuan PLM akan terus dipantau, dan CCB juga akan terus dioptimalkan. Penguatan surveilans terhadap bank-bank besar dan korporasi akan terus dilakukan, termasuk penguatan pemantauan risiko di luar perbankan. Pemanfaatan data National and Regional Balance Sheet (NBS/RBS) akan terus dioptimalkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: