Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tertekan Persaingan, BPR Makin Semangat ke Luar Jawa

Tertekan Persaingan, BPR Makin Semangat ke Luar Jawa Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Bandung -

Makin ketatnya peta persaingan industri perbankan di segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) membuat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) harus senantiasa mencari cara mempertahankan penguasaan pasarnya. Salah satunya adalah dengan mulai merambah pasar-pasar baru yang potensial. Hal ini menjadi tren baru di bisnis BPR yang selama ini 80 persen lebih masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali.

“Untuk kali ini (persebaran BPR) lebih merata. Data per Januari 2019 menunjukkan jumlah BPR di luar Jawa dan Bali mencapai 31 persen. Itu artinya, porsi yang di Jawa dan Bali sebesar 69 persen. Ini tren yang bagus karena lebih merata,” ujar Direktur Penelitian dan Pengaturan BPR OJK, Ayahandayani, dalam acara Pelatihan dan Gathering Media Massa Jakarta, di Bandung, akhir pekan lalu.

Baca Juga: Dikepung Fintech dkk, Bisnis BPR Kian Menantang

Menurut wanita yang akrab disapa Ani ini, perluasan BPR ke pasar luar Jawa dan Bali tersebut diantaranya terdorong juga oleh Peraturan OJK (POJK) 12/POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha dan Wilayah Jaringan Kantor Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Modal Inti. Dengan mulai menyasar titik-titik pasar yang semula belum banyak tergarap, hal itu secara tidak langsung juga berdampak pada kinerja BPR yang semakin sehat lantaran memiliki ruang tumbuh yang lebih luas.

“Secara fungsi intermediasi perbankan ke masyarakatnya juga bisa lebih berjalan maksimal. Kehadiran BPR lebih bisa membawa manfaat di masyarakat ketimbang harus berjibaku di pasar Jawa dan Bali yang sudah sesak,” tutur Ani.

Data OJK mencatat bahwa per Januari 2019 lalu nilai penyaluran kredit BPR memang tumbuh sekitar 10,19 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp98,689 triliun. Sementara pada saat yang sama nilai penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh 8,59 persen (yoy) menjadi Rp92,553 triliun. Rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) mampu dimaintance di level 6,82 pesen dan kemampuan menghasilkan profit alias rasio profitabilitas (return on assets/ROA) berada di kisaran 2,44 persen. Di lain pihak Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 75,98 persen.

“Karena layanannya relatif kecil dan terbatas, maka NPLnya di atas bank-bank umum rata-rata di bawah lima persen itu masih wajar. Sharenya juga masih kecil dibanding total kredit perbankan, yaitu sekitar 1,83 persen saja,” tegas Ani.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: