Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bulan Ramadan, Jangan Ada Lagi Sebutan Cebong atau Kampret

Bulan Ramadan, Jangan Ada Lagi Sebutan Cebong atau Kampret Kredit Foto: Pkbjatim.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja (TKN KIK) Abdul Kadir Karding mengimbau masyarakat agar menghilangkan sebutan cebong dan kampret. Dia mengajak masyarakat memanfaatkan Ramadan sebagai momentum rekonsiliasi politik.

"Jangan ada lagi sebutan-sebutan yang mendiskreditkan kepada mereka yang berbeda seperti cebong atau kampret," kata Abdul Kadir Karding dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (6/5).

Baca Juga: Andi Arief Sebut ada Setan Gundul di Kubu Prabowo, TKN Ikut-ikutan

Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengungkapkan, sadar atau tidak perbedaan politik telah menghilangkan kehangatan dan keakraban sebagai warga negara. Dia menegaskan, kondisi ini tak bisa terus menerus dibiarkan.

Dia mengajak masyarakat untuk memperbanyak silaturrahim, ibadah, amal saleh dan kegiatan lain yang bermanfaat bagi diri, orang sekitar dan bangsa. Dia mengimbau agar lebih baik warga mengisi bulan suci ramadhan ini dengan meningkatkan kualitas puasa.

"Ramadan menjadi momentum kehangatan dan keakraban itu harus kita nyalakan kembali," tambah Karding lagi.

Baca Juga: Bulan Ramadan, TKN Bilang: Bulan Rekonsiliasi Politik

Pernyataan serupa juga dingkapkan calon wakil presiden (cawapres) Ma'ruf Amin. Dia meminta jika istilah itu lebih baik dihilangkan. Istilah itu, dia mengatakan, telah membagi dua pendukung kubu pasangan calon. 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu meminta masyrakat untuk tidak lagi membunyikan istilah semnacam itu. Dia mengatakan, kedua istilah itu lebih baik dikubur mengingat pemungutan suara yang telah rampung.

Kiai Ma'ruf mengajak seluruh masyarakat untuk segera bersatu kembali guna membangun bangsa. Dia mengatakan, jangan sampai pembelahan terus berlanjut hingga harmonisasi hubungan antar warga terganggu.

"Tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Kalau terlalu lama terjadi suasana tidak produktif," kata Kiai Ma'ruf.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: