Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

'Fatwa' Haram #2019GantiPresiden dari Sang Inisiator, Cari Aman atau Penggembosan BPN? (2)

'Fatwa' Haram #2019GantiPresiden dari Sang Inisiator, Cari Aman atau Penggembosan BPN? (2) Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai langkah Mardani merupakan bentuk rasionalitasnya menghadapi penghitungan suara yang tengah dilakukan KPU.

Baca Juga: "Fatwa" Haram #2019GantiPresiden dari Sang Inisiator, Cari Aman atau Penggembosan BPN? (1)

"Bisa saja Mardani dan kawan-kawan ini mulai rasional bahwa kalkulasi manual, situng KPU, ataupun quick count itu, sebenarnya dalam logika ilmiah politik, memang selalu akurat, sehingga (tagar) ganti presiden atau segala apa pun itu adalah gerakan-gerakan yang justru kontraproduktif," ungkap Adi.

Bagaimanapun, sejumlah pertanyaan muncul menyusul pernyataan Mardani soal tagar ganti presiden. Warganet juga bereaksi, terutama mereka yang mendukung Prabowo-Sandi.

Salah satunya, Ties Ahayuningtyas, yang dalam cuitannya menanyakan nasib PKS kepada Mardani: "Kalian masih di koalisi?".

Sementara Deasy Arfisi mempertanyakan batas waktu tanggal 13 April 2019 yang diucapkan Mardani. Mardani tidak merespons ketika dihubungi untuk dimintai klarifikasi terkait pernyataannya.

Akan tetapi, melalui akun Twitternya, ia mengklarifikasi bahwa yang ia maksud dengan "Ganti presiden sudah tutup buku" adalah perubahan tagar yang sebelumnya #2019GantiPresiden menjadi #2019PrabowoPresiden.

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, berpendapat bahwa selain sebagai respons rasional terhadap proses perhitungan dan rekapitulasi suara KPU, pernyataan Mardani yang "mengharamkan diri" seruan #2019GantiPresiden juga merupakan upayanya untuk menghormati proses tersebut.

Penghitungan suara lewat situng, atau real count KPU hampir 70% sampai Senin (06/05) dan menunjukkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul sekitar 12% dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Teriakan gerakan 'ganti presiden' itu kan dikhawatirkan membuat suasana makin enggak kondusif," tutur Adi.

Terlebih, menurutnya, basis pemilih PKS yang merupakan anak muda rasional dan terpelajar mendorong Mardani untuk mengambil langkah tersebut.

Meski demikian, terlepas dari pernyataan Mardani tersebut, Adi berpendapat bahwa PKS akan tetap berada di seberang kubu Jokowi bersama Prabowo-Sandi.

"Karena memang PKS sudah declare kalau Jokowi jadi presiden, mereka akan tetap jadi oposan yang loyal," jelas Adi. "Jadi kemungkinan untuk 'lompat pagar' enggak mungkin kalau PKS ya, kalau melihat sekarang."

Sementara peneliti di Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Lucky Sandra Amalia, justru menganggap pernyataan Mardani sebagai sikap pribadi yang disebutnya one-man-show.

"Ini one-man-show saja, tidak ada hubungannya dengan perilaku partai politiknya," tutur Sandra.

"Kita tahu Mardani Ali Sera sudah aman (perolehan suaranya), kemudian partai politiknya juga sudah aman, jadi sah-sah saja kemudian dia melakukan hal yang seperti itu."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: