Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Habis IPO, Profitabilitas Lyft Malah Loyo

Habis IPO, Profitabilitas Lyft Malah Loyo Kredit Foto: Tech Crunch
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setelah debut di lantai bursa Nasdaq, perusahaan ride-hailing Lyft (Nasdaq: LYFT) gagal meningkatkan keuntungan perusahaan. Meskipun pendapatan perusahaan melebihi proyeksi Wall Street, namun angka kerugiannya jauh lebih tinggi akibat biaya yang berkaitan dengan IPO.

Perusahaan yang menghimpun dana US$2 miliar dalam penawaran umum perdana Maret lalu membukukan pendapatan kuartal pertama sekitar US$776 juta dan kerugian US$1,14 miliar, di dalamnya termasuk US$894 juta kompensasi berbasis saham dan biaya pajak gaji terkait.

"Kuartal pertama adalah awal yang kuat untuk tahun yang penting, yang pertama untuk kami sebagai perusahaan publik," kata pendiri dan kepala eksekutif Lyft, Logan Green, dilansir dari TechCrunch (8/5/2019).

Baca Juga: Saham Lyft Anjlok Pasca-IPO, Uber Ikut Turunkan Target Valuasinya?

Perusahaan mengatakan kerugian bersih yang disesuaikan bernilai US$211,5 juta dibandingkan dengan US$228,4 juta pada kuartal pertama 2018. Kuartal berikutnya, Lyft mengharapkan pendapatan lebih dari US$800 juta pada kerugian EBITDA disesuaikan antara US$270 juta dan US$280 juta.

Sementara, sepanjang tahun ini, Lyft memproyeksikan sekitar $ 3,3 miliar total pendapatan pada kerugian EBITDA disesuaikan sekitar US$1,2 miliar.

Lyft jadi unicorn pertama yang melantai di bursa, langkah itu akan disusul oleh Pinterest, Zoom dan Uber--yang akan melakukan debutnya yang lama tertunda di New York Stock Exchange akhir pekan ini. 

Baca Juga: Tak Mau Kalah dari Uber, Lyft Tingkatkan Kisaran Harga Saham IPO-nya

Meskipun dampak IPO cukup besar, saham Lyft telah tenggelam sejak IPO di Nasdaq. Lyft mencapai harga saham US$87 pada hari pertama perdagangan, naik dari harga IPO US$74. Namun, dalam minggu-minggu setelah IPO, angka itu turun ke US$60, ditutup pada hari Selasa turun 2% pada US$59,41 per saham.

Lyft tidak pernah membukukan laba dan pendirinya John Zimmer dan Green telah menjelaskan, mereka berharap untuk berinvestasi dalam pertumbuhan perusahaan selama beberapa tahun ke depan karena memperluas penawaran multimodalnya dan pada akhirnya meluncurkan operasi di luar negeri.

"Jalan di depan merupakan peluang besar untuk melayani komunitas kami dan mendorong nilai bagi pemegang saham kami," catat pendiri Lyft dalam prospektus IPO perusahaan.

Mengingat sejarah Lyft yang tidak menguntungkan, analis cenderung mengawasi dengan cermat pendapatan atas, pengendara aktif dan pendapatan per pengendara. Menurut laporan pendapatannya, pendapatan per pengendara aktif Lyft telah tumbuh 34% dari tahun ke tahun, menjadi US$37,86, sementara rata-rata pendapatan aktif pengemudi meningkat hampir 50% menjadi US$20,5 juta.

“Kinerja kami didorong oleh meningkatnya permintaan untuk jaringan dan platform multi-modal kami, karena Pengendara Aktif tumbuh 46% dan pendapatan tumbuh 95% dari tahun ke tahun. Transportasi adalah salah satu segmen terbesar dari ekonomi kita dan kita masih dalam tahap awal dari perubahan sekuler yang sangat besar dari kepemilikan mobil pribadi ke transportasi sebagai layanan, pungkas Green lagi. 

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: