Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenaikan Harga Tiket Pesawat Bikin Pertumbuhan Ekonomi Makin Lambat

Kenaikan Harga Tiket Pesawat Bikin Pertumbuhan Ekonomi Makin Lambat Kredit Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2019 tembus 5,07%. Meski secara yoy meningkat dari kuartal I 2018, angka ini dirasa belum cukup untuk menopang target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% pada 2019 yang digagas pemerintah.

Beberapa faktor yang awalnya diduga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, ternyata tidak begitu signifikan perannya dalam capaian pertumbuhan tersebut.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman menyampaikan, salah satu faktor yang melambat pertumbuhan ekonomi tersebut ialah kenaikan harga tiket pesawat.

"Kenaikan harga tiket pesawat yang cukup tinggi ini perlu diatasi. Sektor transportasi udara berperan tidak hanya untuk mendorong mobilitas manusia antardaerah di negara kepulauan, namun yang juga sama pentingnya adalah perannya terhadap sektor pariwisata di Indonesia," tegas Ilman melalui rilisnya, Jumat (10/5/2019).

Baca Juga: Tiket Pesawat Masih Mahal, Pemerintah Didorong Buat Terobosan Konkret

Bukan merupakan rahasia lagi bahwa apabila sektor pariwisata tumbuh, tingkat konsumsi di daerah tersebut juga akan kuat. Beberapa daerah di Indonesia yang bergantung besar pada sektor pariwisata pun terkena imbas dari kenaikan harga tiket pesawat akhir-akhir ini. Hal ini, lanjutnya, pada akhirnya akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

"Pertumbuhan PDRB di Bali dan Nusa Tenggara saja, yang notabene tempat pariwisata utama, itu tingkat pertumbuhannya 4,64% atau masih di bawah capaian nasional. Kenaikan tiket pesawat tentu berhubungan dengan performa sektor pariwisata."

"Arus mudik nanti juga pasti akan dipengaruhi dengan harga tiket pesawat yang berlaku. Sehingga penting bagi pemerintah untuk terus memperbaiki struktur pasar dan harga di sektor transportasi udara," tandasnya.

Ilman melanjutkan, anggaran Rp25 triliun untuk pemilu belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan. Padahal, pemilu awalnya diharapkan dapat mendorong sektor konsumsi karena sektor investasi bisa dikatakan belum cukup berani bertindak untuk investasi karena menunggu hasil pemilu.

Capaian pertumbuhan saat ini juga kembali membutuhkan diskusi lebih lanjut karena faktor pendorong konsumsi yang tersisa sepanjang tahun ini bisa dikata hanyalah Ramadan dan Lebaran, dan mungkin juga Natal dan Tahun Baru.

Baca Juga: Indonesia Berpeluang Jadi Negara Ekonomi Terkuat, Tapi....

"Kedua momentum ini belum cukup untuk menjaga pertumbuhan perekonomian di kuartal-kuartal selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi di periode tersebut harus mencapai rata-rata 5,4%. Sehingga, perlu cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu caranya dengan menghilangkan barrier yang dihadapi sektor konsumsi untuk bisa tumbuh," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: