Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Habis Ditebas Dolar AS

Rupiah Habis Ditebas Dolar AS Kredit Foto: Unsplash/Dmitry Moraine
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tatkala pekan sudah berganti, penderitaan yang dialami rupiah masih datang tiada henti. Hingga akhir pekan lalu, rupiah tercatat melemah hingga 0,49% terhadap dolar AS. 

Pelemahan tersebut berlanjut hingga awal pekan ini, di mana rupiah dibuka dengan koreksi 0,07% ke level Rp14.330 per dolar AS saat mengawali perdagangan spot, Senin (13/05/2019). Perang dagang masih menjadi sentimen utama yang menekan rupiah dan mayoritas mata uang Asia lainnya. 

Pasalnya negosiasi damai dagang yang berlangsung pekan lalu di Washington berakhir dengan nihil, alias tak ada kesepakatan yang diteken oleh AS dan China. Keduanya masih bersikeras dengan ego masing-masing, terutama perihal pemberlakuan tarif bea masuk. 

Baca Juga: Pengumuman! Dolar AS Memakan Korban Lagi!

Trump yang telah lebih dulu memberlakukan tarif impor lebih tinggi atas produk China mulai Jumat (10/05/2019) lalu, membuat China bereaksi dengan ikut menaikkan tarif impor atas produk AS. 

"Setiap negara memiliki martabatnya sendiri. Jadi, teksnya harus berimbang," tegas Wakil Perdana Menteri China, Liu He, seperti dikutip dari Reuters. 

Ketegangan yang menyelimuti AS-China membuat investor mencari perlindungan dengan mengoleksi dolar AS sebagai aset safe haven. Akibatnya, dolar AS semakin perkasa dan rupiah semakin menderita. Hingga pukul 10.00 WIB, rupiah kian melemah 0,30% ke level Rp14.368 per dolar AS.

Baca Juga: AS-China Tak Melulu Panas, Rupiah Selamat dari Nasib Nahas!

Minimnya sentimen domestik membuat rupiah bertengger di jajaran bawah sebagai mata uang terlemah keempat di Asia. Ya, untungnya rupiah masih unggul terhadap won (0,49%), baht (0,24%), dan yuan (0,10%). 

Sementara itu, mayoritas mata uang Asia juga tak mampu berkutik di hadapan dolar AS. Mata uang safe haven, yen, menjadi satu-satunya yang berhasil menekan dolar AS sebesar 0,09%. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: