Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Edge Computing, Solusi saat Koneksi Perangkat Tersendat

Edge Computing, Solusi saat Koneksi Perangkat Tersendat Kredit Foto: Dina Kusumaningrum
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kini manusia tengah menghadapi gelombang internet berikutnya, internet of things (IoT) yang tidak hanya menghubungkan antarmanusia, namun juga manusia dengan benda atau mesin.

Berbagai studi di dunia seperti IHS Markit dan UN Population Stat memperkirakan 5 miliar orang akan terkoneksi dengan 30-50 miliar benda dan mesin pada 2020, atau secara tidak langsung dapat dikatakan 10 kali lebih banyak perangkat yang terhubung secara bertahap daripada orang yang terhubung.

Bahkan IHS Markit memperkirakan perangkat yang terhubung akan mencapai 125 miliar pada 2030 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 12%. Semakin banyak orang dan perangkat yang terhubung menyebabkan arus lalu lintas data yang besar atau sering disebut sebagai big data.

Presiden Schneider Electric Indonesia, Xavier Denoly berkata, "Lalu lintas data yang terus tumbuh, permasalahan yang kemudian muncul adalah bagaimana memastikan koneksi yang lebih cepat dan latensi data (lambatnya komunikasi data melalui jaringan) yang lebih rendah. Bagi pelaku industri, kdua hal tersebut akan berdampak langsung terhadap performa bisnis dan finansial. Untuk itu, dibutuhkan data center yang lebih andal, efisien, dan berkelanjutan."

Baca Juga: Siap-siap! IoT Bakal Gantikan Smartphone 2 Tahun Lagi

Prinsip dasar IoT adalah perangkat yang selalu terhubung internet. Perangkat ini akan mengirimkan data terus-menerus ke sebuah server pusat, lalu dari server itulah kita bisa mengamati dan menganalisis data yang dikirimkan secara real time.

Lalu, bagaimana jika koneksi perangkat tersebut tersendat? Tentu saja analisis data akan terhambat karena data tidak bisa terkirim secara real time.

"Ledakan big data akibat pertumbuhan pesat IoT tak bisa dihindari. Sudah saatnya perusahan proaktif mentransfromasikan data center dan teknologi pendukung yang dimiliki untuk mengurangi latensi. Salah satu solusi efektif ialah edge computing yang mampu mendistribusikan beban komputasi lebih dekat ke perangkat sehingga dapat mengurangi masalah latensi secara signifikan," Lanjut Xavier.

Dengan edge computing, alih-alih mengirimkan data langsung dari perangkat ke pusat data center yang jauh lokasinya, desentralisasi data menjadi strategi untuk mengurangi latensi dengan mengirimkan data ke micro data center yang lokasinya lebih dekat.

Micro data center merupakan data center berukuran lebih kecil dengan sistem keamanan modular dan kompak. Micro data center bisa jadi solusi bagi perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang dan tidak ingin terbebani kinerja server serta jaringan di pusat data center perusahaan, juga cocok untuk UKM.

Pergerakan industri ke depan akan menunjukkan pergeseran ke ekosistem hybrid cloud yang terdesentralisasi sekaligus menjawab permasalahan atas keamanan data versus biaya pembangunan data center besar yang selama ini jadi masalah terbesar bagi pelaku bisnis dalam menerapkan public cloud dan on-premise data center.

Baca Juga: Setelah IoT Kini Ada AIoT, Apa Lagi Itu?

"Micro data center dapat menjadi solusi mudah dan hemat biaya untuk kebutuhan kapasitas data center di mana saja dan kapan saja dibutuhkan dengan latensi data yang lebih rendah, dan perawatan yang mudah," tutup Xavier.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: