Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dari Jualan Starbucks, MAPB Optimis Bisa Kantongi Untung Rp144,6 M

Dari Jualan Starbucks, MAPB Optimis Bisa Kantongi Untung Rp144,6 M Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) emiten pemilik Starbucks, Pizza Marzano, Cold Stone, Krispi Kreme, Godiva, Genki Sushi dan Pizza Express, pada tahun ini menargetkan laba bersih serta pendapatan akan meningkat sekitar 20% dibandingkan dengan tahun lalu. Artinya, perseroan di penghujung tahun 2019 berharap posisi laba bersih akan berada dikisaran Rp144,6 miliar dan pendapatan Rp3,01 triliun.

“Penjualan tumbuh diperkirakan 20% di 2019. Bottom line sama dengan topline, diharapkan sama dengan pertumbuhan penjualan,” kata Direktur MAP Boga Adiperkasa, Fetty Kwartati, di Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Baca Juga: Pemilik Starbucks Putuskan Tak Bagi Dividen ke Pemegang Saham


Menurut Fetty, untuk meraih target tersebut ada tantangan yang harus dihadapi perseroan di tahun ini. Seperti, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, kemudian ketatnya persaingan usaha seiring dengan menjamurnya Coffee Shop di Indonesia khususnya di Pulau Jawa.

“Tantangannya lebih kepada trend atau kompetisi, kemudian perang harga, itu yang lebih tantangan Starbucks brand market leader di kopi sudah punya strategi khsusus yang akan mengantisipasi kondisi yang ada di market sekarang dengan competitive advantage yang ada,” ucapnya.

Baca Juga: Bos Starbucks Enggan Disebut Miliarder, Katanya "Muak!"

Hal tersebut terlihat dari hasil kinerja anak usaha PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) di kuartal pertama tahun ini, laba bersih anjlok 22,9% dari Rp32,3 miliar di kuartal I 2018 menjadi Rp24,89 miliar. Padahal, pendapatan perseroan tercatat tumbuh 17% menjadi Rp699,16 miliar dari Rp597,38 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, Fetty menuturkan bila tren penjualan di kuartal I memang cenderung lebih rendah dibandingkan kuartal lainnya. ia merincikan bila kontribusi penjualan terbesar ada di kuartal IV sebesar 30-35% kemudian disusul kuartal II yang bertepatan dengan lebaran 30%, sisanya di kiartal I dan III.

Baca Juga: Laba Bersih Pengelola Starbucks Hingga Converse di Indonesia Ini Naik Tajam 132%, Berapa Duit Ya?

“Kuartal I selain karena kurs, purchasing power juga rendah dibanding lainnya, kedua agresif marketing kompetitor, perang harga cashback, itu pengaruh juga dan kemudian toko starbucks masih baru, perlu waktu cathcup sales. Kuartal II seharusnya lebih strong karena election April, Mei Ramadan dan Juni Lebaran. Biasanya peak di kuartal IV,” terangnya.

Perseroan pada April lalu pun telah menaikan harga produk-produknya sekitar 3%, guna meredam tekanan dari pelemahan nilai tukar rupiah. Pasalnya, untuk beberapa bahan atau sekitar 30-40% MAPB masih melakukan impor. Seperti untuk starbucks, hingga saat ini perseroan masih mengimpor kopi dan sirup.

“Kita gak bisa setiap saat naikkan harga, industri mamin (makanan-minuman) sudah set awal tahun, kenaikan harga jual biasa di awal tahun. Naikin 2-3%, kalau kurs 5% deprsasi, selama tidak pengaruh ke margin ga berubah,” jelasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: