Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Avengers: End Game Dapat 50.915 Buzz, Thanos Paling Banyak Disebut

Avengers: End Game Dapat 50.915 Buzz, Thanos Paling Banyak Disebut Kredit Foto: Instagram/Avengers
Warta Ekonomi, Jakarta -

Film Avengers: End Game, yang dirilis sejak 24 April 2019 dan masih tayang sampai hari ini, telah menjadi sorotan publik dan topik perbincangan hangat di media sosial. Pasalnya, film besutan Marvel Studios yang merupakan lanjutan dari Infinity War ini, dikabarkan akan menjadi film terakhir dari seri The Avengers.

Perusahaan media intelligence Isentia menangkap perbincangan terkait Film Avengers: End Game tersebut sebanyak 50.915 buzz di media sosial, terhitung sejak 1 April hingga 6 Mei 2019. Dari perbincangan yang 88,9% berlangsung di Twitter ini, Isentia menemukan topik 'credit scene' sebagai yang paling banyak dibahas netizen.

"Kami menemukan banyak netizen membahas tentang tidak adanya credit scene di akhir film ini, tidak seperti di film-film Avengers biasanya," jelas Rendy Ezra, Insights Manager Isentia.

Baca Juga: Avengers: Endgame, Kenapa Captain America Harus Pensiun?

Selain itu, ada pula unggahan dari akun Twitter @pakeotakmu, yang di-retweet sebanyak 2.401 kali. Twit tersebut menunjukan bekas bungkus makanan yang ditinggalkan di dalam studio bioskop dengan caption utama: "Plis Jgn Seperti ini".

Tokoh-tokoh superhero dalam film ini juga menjadi bahasan viral tersendiri bagi netizen. Dari total perbincangan terkait Avengers: Endgame, sebanyak 13,3% menyebutkan Thanos, diikuti dengan Thor 7,4%, Iron Man 6,9%, Spiderman 6,1%, Captain America 3,2%, Hulk 2,5% serta Captain Marvel yang juga muncul sebesar 1,8%.

Sementara dari 903 buzz mengenai promosi film ini di media sosial, bioskop XXI dan CGV Cinemas mendapatkan mention paling banyak dibanding beberapa brand lain yang juga memiliki program promosi terkait.

Baca Juga: Belum Genap Sepekan, Avengers: Endgame Sudah Raup Triliunan!

Isentia merupakan perusahaan analisis dan monitoring media berbasis di Australia, didirikan pada 1982 di Melbourne oleh Neville Jeffress. Awalnya, Isentia hanya menyajikan pemantauan terhadap media tradisional. Namun, seiring perkembangan zaman, pemantauan media sosial juga dilakukan Isentia dan diterapkan di Indonesia sejak 2011.

Saat ini, Isentia tercatat dalam bursa saham Australia dan telah memiliki 18 kantor cabang di Melbourne, Canberra, Brisbane, Adelaide, Perth (Australia), Wellington dan Auckland (New Zealand), Kuala Lumpur (Malaysia), Singapura, Jakarta (Indonesia), Manila (Filipina), Hoi Chi Minh City (Vietnam), Bangkok (Thailand), Hong Kong, Beijing dan Shanghai (China), Taipei (Taiwan), serta Seoul (Korea Selatan).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: