Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Geliat Saham Konstruksi Masih Menjanjikan, Emiten Ini Bisa Banget Dilirik

Geliat Saham Konstruksi Masih Menjanjikan, Emiten Ini Bisa Banget Dilirik Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konsistensi pemerintah membangun sarana infrastruktur di seluruh pelosok Tanah Air masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini untuk menyelesaikan sejumlah proyek yang belum selesai.

Setelah empat tahun terakhir, pemerintah cukup kencang membangun jalan, jalan tol, bandara, pelabuhan, dan bendungan, tahun ini, pemerintah masih akan melanjutkan berbagai proyek pembangunan yang sempat tertunda.

Anggaran untuk belanja infrastruktur dalam APBN 2019 mencapai Rp415 triliun, naik dibanding alokasi belanja tahun lalu sebesar Rp410,7 triliun. Alokasi anggaran ini akan dipakai untuk membangun 2.007 km jalan, empat bandara baru, dan jembatan sepanjang 27.067 m, rel kereta api sepanjang 415,2 km'sp, 48 bendungan, dan jaringan irigasi bagi 162.000 hektare sawah.

Masih bergulirnya pembangunan infrastruktur menjadi harapan bagi sejumlah perusahaan konstruksi di Tanah Air, setelah sebelumnya sektor konstruksi sempat tertekan akibat pelemahan nilai tukar dan pengetatan likuiditas, yang berdampak pada saham beberapa perusahaan konstruksi.

Menurut Analis Bahana Sekuritas, Anthony Yunus, beberapa perusahaan konstruksi akan mencatat kinerja positif sepanjang tahun, khususnya bagi perseroan yang memiliki beragam bisnis atau tidak hanya fokus mengerjakan proyek jalan.

Baca Juga: Wadaw! Saham Alfa Energi Masuk UMA, Investor Harus Cermat!

"Sepanjang tahun ini, proyek jalan dan jalan tol yang akan diselesaikan tidak banyak, untuk Jawa tinggal beberapa ruas, dan melanjutkan pembangunan ruas Trans Sumatera," papar Anthony.

Bagi perusahaan yang tidak hanya fokus pada pembangunan jalan atau memiliki diversifikasi bisnis yang lebih beragam, tentunya masih akan bisa mengantongi margin dari bisnis properti dan lainnya, tambahnya.

Bahana menaikkan rekomendasi "beli" untuk saham PT Wijaya Karya dengan target harga Rp2.450 per saham. Pasalnya, perusahaan pelat merah ini memiliki bisnis yang lebih beragam dibanding perusahaan konstruksi lainnya. Managemen juga sudah melakukan investasi di berbagai proyek konstruksi sekitar 5-7 tahun lalu, yang bakal menuai keuntungan tahun ini. 

Perusahaan berkode saham WIKA ini banyak melakukan investasi di proyek jalan tol dan power plant, yang kepemilikannya siap untuk dijual, plus memiliki bisnis mulai dari properti, beton, energi, dan gedung, sehingga saat pembangunan jalan mulai sepi, perseroan masih bisa mengantongi margin dari bisnis lainnya.

Tahun ini, WIKA juga diuntungkan karena sudah ada kepastian atas proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang juga terlibat untuk pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) fase 2, serta Light Rail Transit (LRT) Jakarta.

Bahana memperkirakan sepanjang 2019, WIKA akan mengantongi kenaikan pesanan baru sekitar 10%-15%, dengan nilai kontrak baru diperkirakan sebesar Rp52,95 triliun. Sehingga pendapatan WIKA pada akhir 2019, diperkirakan naik 48%, secara tahunan menjadi Rp44,22 triliun, dan laba bersih diperkirakan naik 27%, secara tahunan menjadi Rp2,16 triliun.     

Rekomendasi "hold" diberikan untuk saham PT Pembangunan Perumahan, dengan target harga Rp2.150. Tahun ini, managemen berupaya menyeimbangkan kapasitas perusahaan, yang tercermin pada rasio pinjaman terhadap modal sendiri (gearing ratio) sebesar 40%, sehingga perusahaan masih mampu membiayai proyek baru.

Baca Juga: Meski Penjualan Mobil Diramal Loyo di 2019, Emiten Ini Tetap Bisa Kasih Cuan

Perseroan juga termasuk konservatif dalam mengambil proyek-proyek yang akan dikerjakan, atau lebih fokus mengerjakan proyek yang pembayarannya lebih pasti dan lebih cepat. Perusahaan berkode saham PTPP ini memperkirakan mampu mengantongi kenaikan pesanan baru sepanjang 2019, sebesar 16%, atau secara nominal mencapai Rp41,82 triliun. Dengan perkiraan kenaikan total pendapatan sekitar 11%, menjadi Rp28,12 triliun dan laba bersih diperkirakan naik sekitar 5%, menjadi Rp1,58 triliun. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: