Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tok! Usai IPO, Pendiri Kedai Kopi Kompetitor Starbucks Jadi Miliarder

Tok! Usai IPO, Pendiri Kedai Kopi Kompetitor Starbucks Jadi Miliarder Kredit Foto: Forbes
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saham Luckin Coffee yang merupakan kedai kopi kompetitor Starbucks melesat US$25,96 usai memutuskan Initial Public Offering (IPO). Dengan begitu, membawa Jenny Zhiya Qian, Sang Pendiri resmi menjadi miliarder.

Luckin Coffee merupakan startup yang didirikan pada 2017. Tak butuh waktu lama, Luckin Coffee memutuskan IPO dengan harga perdana US$17 per lembar saham.

Mengutip dari Forbes (19/5/2019), kini Jenny menjabat sebagai CEO Luckin Coffee. Ia juga memiliki 17 persen saham di perusahaan tersebut. Sebelum mendirikan Luckin Coffee, Jenny bekerja sebagai COO di startup rental mobil Lu dan ride-hailing UCar.

Konsep yang diusung Luckin Coffee adalah warung kopi minimalis dan penyajian cepat. Target pasarannya adalah orang perkantoran dan mahasiswa.

Baca Juga: Intip Persaingan Starbucks dan Luckin di China, Siapa yang Unggul?

Waktu pemesana yang cepat di Luckin Coffee menjadi salah satu daya tarik bagi konsumen. Memesan kopi di Luckin Coffee hanya butuh waktu kurang dari 18 menit dengan harga yang lebih murah dari Starbucks.

Per Januari 2019, Luckin Coffee telah melayani hingga 90 juta cangkir kopi. Luckin Coffee memiliki 2.400 unit kedai kopi dan ditargetkan bisa menembus 4.500 unit pada akhir tahun ini. Target ini ditentukan untuk melampaui jumlah toko Starbucks di China.

Layaknya startup pada umumnya, Luckin Coffee terus "membakar” uang investor dengan membuka toko dalam waktu yang singkat. Pada 2018, perusahaan tersebut menanggung rugi US$241,3 juta meski mampu meraup pendapatan US$125,3 juta.

Baca Juga: Pemilik Starbucks Putuskan Tak Bagi Dividen ke Pemegang Saham

Kerugian tersebut diprediksi terus berlanjut pada tahun ini. Pada kuartal I-2019, kerugian perusahaan itu mencapai US$82,2 juta. Padahal, pendapatan Luckin Coffee untuk periode yang sama mencapai US$71,3 juta.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: