Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tingkatkan Produksi Pajale, Petani Bisa Coba Pola Tanam Tumpangsari. Apa Itu?

Tingkatkan Produksi Pajale, Petani Bisa Coba Pola Tanam Tumpangsari. Apa Itu? Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Pertanian (Kementan) dalam hal ini Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus menargetkan kenaikan produksi padi, jagung dan kedelai (Pajale), dengan penambahan luas tanam melalui berbagai terobosan. Salah satunya tumpangsari tanaman pangan.

Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, tahun ini pihaknya mempunyai beberapa program terobosan untuk mencapai sasaran produksi. Salah satunya adalah pengembangan pola tanam tumpangsari padi, jagung dan kedelai sistem tanam rapat.

 “Selama ini yang terjadi di daerah, jika harga jagung naik, maka akan kesulitan tanam padi dan kedelai. Dengan tumpangsari persaingan penggunaan lahan antara padi, jagung dan kedelai bisa diminimalisir,” ujarnya.

Baca Juga: Kunjungi Kementan, Brazil Buka Peluang Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia

Pola tumpangsari dapat dilakukan pada musim kemarau (MK I atau MK II). Ada beberapa rekomendasi pola tanam pada akhir musim hujan di lahan sawah. Jika sebelumnya padi-palawija dapat ditingkatkan menjadi padi-padi gogo dan jagung (tumpangsari). Bisa juga padi-padi gogo dan kedelai (tumpangsari) atau padi-kedelai dan jagung (tumpangsari).

Sementara di lahan yang sudah terbiasa dengan pola tanam padi-padi-palawija dapat ditingkatkan menjadi padi-padi-padi gogo dan jagung (tumpangsari) atau padi-padi-padi gogo dan kedelai (tumpangsari). Bisa juga dengan pola tanam padi-padi-kedelai dan jagung (tumpangsari).

Adapun di lahan kering, pola tumpangsari dapat dilakukan pada musim hujan (MH). Pada awal musim hujan, jika lahan kering dengan pola tanam padi/palawija-palawija dapat ditingkatkan menjadi padi gogo dan jagung (tumpang sari)- palawija. Bisa dengan pola padi gogo dan kedelai (tumpang sari)-palawija atau kedelai dan jagung (tumpangsari)-palawija.

Baca Juga: Sejak 2015, Terobosan Kementan Berhasil Tekan Inflasi Pangan

Gatot menegaskan, pola tumpangsari ini sudah diujicobakan di beberapa lokasi dan terbukti efektif. Karena itu, pemerintah akan lebih mempacu lagi di tahun mendatang. Indonesia masih punya peluang untuk menggenjot produksi dengan pola tersebut sampai lima tahun ke depan, sehingga dapat memitigasi alih fungsi lahan, terutama akibat pembangunan infrastruktur.

“Pengembangannya kami akan arahkan untuk lahan sawah pada musim kemarau 1 dan pada lahan kering pada musim hujan. Kami ingin padi, jagung dan kedelai berdampingan secara damai tidak rebutan areal,” katanya.

Salah satu yang telah menerapkan pola tumpangsari yakni, Provinsi DI Yogyakarta. Kepala Dinas Pertanian DIY, Sasongko menjelaskan, tumpangsari merupakan cara memanfaatkan persaingan lahan antar komoditas. Bahkan penanaman tanaman kedelai sebagai tumpangsari pada tanaman jagung dapat memperbaiki kesuburan lahan.

Provinsi DIY tahun ini diberikan target tumpangsari seluas 5 ribu ha. Untuk Kabupaten Kulon Progo seluas 391 ha (jagung dan kedelai), Kabupaten Gunung Kidul 1.346 ha baru terlaksana 586 ha (padi dan kedelai ). Sedangkan Kabupaten Bantul dari 914 ha baru terealisasi 727 ha dan Kabupten Sleman 150 ha (jagung dan kedelai).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: