Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Kronologi Lengkap Aksi Ricuh 22 Mei di Bawaslu dan Petamburan

Ini Kronologi Lengkap Aksi Ricuh 22 Mei di Bawaslu dan Petamburan Kredit Foto: Viva
Warta Ekonomi -

VIVA – Kapolri Jendera Tito Karnavian, memberika penjelasan lengkap mengenai kronologi aksi dami Gerakan Kedaulatan Rakyat dan aksi kerusuhan yang dilakukan oleh pihak ketiga agar masyarakat marah kepada aparat.

Menurut Tito, setelah melakukan operasi pengamanan yang sangat panjang mulai Agustus, seluruh tahapan pemilu akhirnya berjalan dengan aman dan lancar.

\"Ini selain kerja keras semua, juga partisipasi masyarakat dan berkah Allah,\" katanya di kantor Meko Polhukam, Rabu 22 Mei 2019.

Namun, pasca pemungutan suara, Polri dan TNI melakukan tugas negara untuk melakukan pengamanan. Baik di daerah maupun pada tingkat nasional, seperti di KPU dan Bawaslu.

\"Kemudian ada rencana aksi keberatan terhadap hasil KPU dan proses di Bawaslu,\" katanya.

Kemudian sesuai aturan, dikerahkan  kekuatan Polri dan TNI dengan standart operainal prosedur (SOP) yang ada. Kemudian ditempatkan anggota di KPU dan Bawaslu RI pada Selasa kemarin.  

\"Kita sudah dapat informasi, ada aksi Ifthor Akbar, di Bawaslu. Lewat negosiasi, penyampaian boleh tapi ada batasan, tidak boleh di atas jam 18.00, dan tetutup 22.00,\" katanya.

Dijelaskan Tito, aparat kemudian juga melakukan toleransi, dilaksanakan mulai 14.30 sampai buka bersama, magrib bersama, dan selesai sampai solat magrib. Tapi ada permintaan pesertaa aksi 3500 orang untuk menlajutkan solat Isya dan tarawih.

\"juga diberikan tolerasi, setelah tarawih bubar baik-baik,\" ujarnya.

Selesai negosiasi, massa kemudian bubar, karena aksi pada malam  harimenag tidak diperbolehkan, kemudian peserta aksi dibubarkan. Pada pukul 21.30 Wib sudah clear, anggota masih berjaga di tempa yang sama. Karena memang harus menjaga tempat itu beberapa hari.

Kemudian pada pukul 22.30 - 23.00 Wib, datang sekelompok masyarat, anak muda, datang ke Bawaslu dari arah Tanah Abang, dan langsung melempari anggota yang ada di sana. Dengan alat yang membahayakan, batu besar, konblok, molotov dan petasan.

Lagkah pertama petugas adalah bertahan, tapi makin diserang, anggota mendorong massa. Setengah mundur, personel kembali ke Bawaslu tapi didatangi lagi. Di dorong ke Tanah Abang,

\"Ada yang masuk Tanah Bang dan Kebon Kacang. Massa kemudian melempar dan membakar ban, petugas mengeluarkan gas air mata.

Pada pukul 04.00 wib, ada kelompok lain di Petamburan, menyerang asrama polisi di pinggi jalan. Di dalam sana ada anggota polisi dan keluarga.

Massa melakukan pembakaran kendaran yang parkir di Asrama Briomob, Petamburan. Ada 25 mobil terbakar, sebanyak dua mobil adalah kendaraan dinas dan 23 kendaraan pribadi.

\"Itu asrama terbuka untuk jalan umum. Bentrok dan kemudian diberikan bantuan dari sabhara dan dibubarkan dan langsung diamankan. Termasuk di depan Bawaslu,\" katanya.

Kemudian ditemukan amplpo berisi uang total Rp6 juta, yang terpisah amplp-amplopnya. Mereka yang ditangkap ini mengaku ada yang membayar.

\"Sebagian dari pelaku juga bertato, setelah itu ada lagi peristiwa lain. Penyerangan di asrama polisi di Cideng, Jakarat Pusat, kelompok massa menyerang asrama. Di situ bukan hanya anggota, tapi ada anak dan istri,\" katanya.

Pada pagi hari juga terjadi upaya provokasi di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Ada massa berjumlah 100 orang membakar ban di jalan. Namun bisa dibubarkan.

Setelah pagi menurut Tito, situasi mulai mereda. Ada laporan bahwa ada ambulans berisi batu dan alat pemukul lainnya.

\"Sering kali juga, ambulans dijadikan cover memasukan barang berbahaya,\" katanya.

Dijelaskan Tito bahwa aksi di Bawasalu berlangsung aman. Namun, peristiwa pada pukul 23.00 Wib hingg pagi hari bukan lagi peserta aksi. Tapi pelaku, kelompok yang sengaja menyerang untuk melakukan kerusuhan.

\"Dilakukan langkah, tidakan SOP, gas air mata, bertahan dengan tameng dan pentungan. Dari yang selain diamankan ada yang meninggal dunia, kita pelajari akibatnya karena apa,\" katanya.

Menurut Tito, beberapa hari sebelumnya, ada penangkapan beberapa orang, terkait dengan senjat api. Barang berbahaya itu akan digunakan untuk membuat kerusuhan tanggal 22 Mei.

\"Ada enam orang sudah diamankan. Senjata pajang M-4 dilengkapi dengan peredam, bila ditembakan suara tidak terdengar. kemudian dilengkapi untuk teleskop untuk sniper,\" katanya.

Katanya, ada rencana penembakan terhadap massa kemudian diciptakan martir, seoalah pelaku adalah aparat. Sehingga muncul amarah publik. Kemudian pada tanggal 19 Mei dan 21 Mei kemarin, polisi juga menangkap tiga orang terkait dengan senjata api.

\"Mereka ditangkap, ada senjata revolver taurus, glock dan peluru hampir 60 butir, pengakuan mereka akan dipakai tanggal 22 Mei,\" katanya.

Masih dari pengakuan pelaku, senjata-senjata ini mereka pakai juga untuk selain kepada aparan, pejabatn publik dan juga massa. Agar timbul martir, dan publik marah,\" katanya.

Menurut Tito, ada informasi bahwa masih ada senjata lagi yang akan digunakan untuk mengacaukan situasi. Tapi pelaku ini bukan jaringan teroris. Selama satu bulan, dilakukan penangkapan pelaku teror, yang juga akan bermain di tanggal 22 Mei.

\"Sejumlah bom kita sita, empat senjata api, satu panjang dan tiga pendek. digunakan saat aksi 22,\" katanya.

Dengan demikian kata Tito, polisi akan mendalami, korban yang tertembak, mungkin juga pelaku kerushan. karena pada saat itu ada pihak ketiga. yang datang untuk menciptakan kemarahan pubilk. Hingga saat ini, informasi dari Kapusdokes Mabes Polri menyampaikan ada enam orang meninggal, ada terkena luka tembak.  

Menurut Polri, ada kelompok yang ingin bermain. Mereka memprovokasi dan mengkondisikan agar terjadi kerusuhan dengan menyalahkan polisi.

\"Bedakan betul, peristiwa penanganan aksi unjuk rasa, damai. Dan orang yang datang langsung menyerang. Kemudian menciptkan kerusuhan, kejahatan, aksi kriminal. meyerang membakar,\" katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: