Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Demonstrasi Ricuh Bikin RI Dicap Negara Berisiko

Demonstrasi Ricuh Bikin RI Dicap Negara Berisiko Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kerusuhan akibat aksi massa memprotes hasil pemilihan presiden di Jakarta yang terjadi sejak Selasa (21/5/2019) hingga Rabu (22/5/2019) malam hari menganggu aktivitas ekonomi di beberapa wilayah Jakarta.

Pelaku bisnis ritel yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) pun sangat menyangkan aksi demonstrasi yang ujungnya menelan korban jiwa itu.

Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta mengatakan tidak hanya berdampak negatif kepada perekonomian, namun aksi kerusuhan tersebut akan berdampak langsung terhadap keberlangsungan investasi Indonesia.

Baca Juga: Polisi Amankan 2.760 Dolar dari Massa Perusuh di Depan Bawaslu

“Orang-orang akan melihat sangat-sangat jelek (Indonesia). Segala sesuatu dibereskan di jalan. Ini akan memberikan catatan di mata orang bahwa negeri ini sangat beresiko untuk investasi. Hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya,” kata Tutum Rahanta saat ditemui dalam acara buka puasa bersama Apindo di Jakarta, Rabu (22/5/2019).

Dari segi ritel, Tutum mengatakan, pihaknya tidak bisa menyebutkan berapa besaran potensi kerugian dari kerusuhan tersebut. Namun, ia meyakini potensi kerugian itu ada.

"Kalau angka saya enggak bisa sebutin ya. Intinya, ada tanda-tanda kerugiannya. Satu (ada transaksi dalam usaha) memang yang bisa dialihkan ke tempat lain, kedua yang memang bisa ditunda pembeliannya, ketiga pembelian yang memang tidak bisa ditunda," ujarnya.

Baca Juga: Awas! Ribut Politik Bisa Bikin Rupiah Tembus Rp15.000

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan bahwa adanya demonstrasi tidak banyak berdampak kepada kondisi perekonomian Indonesia.

“Kalau Cuma begitu, ya enggak terlalu besar (dampaknya). Paling-paling soal investasi ada yang lihat-lihat dulu. Tapi mestinya steelah melihat bagaiman kejadiannya tidak akan banyak artinya,” kata Darmin

Terkait nilai tukar rupiah yang tertekan. Darmin menilai itu hanya respon dari sentiment pasar. Sentimen pasar bukanlah sesuatu yang rill.

“Itu namanya euforia pasar. Pasar itu suka sentimental aja. Jadi besok juga ada koreksinya,” ucapnya

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: