Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Quintal Jawab Tantangan Edutech di Indonesia

Quintal Jawab Tantangan Edutech di Indonesia Kredit Foto: Yosi Winosa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di Indonesia, sudah ada beragam perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pendidikan atau kerap dikenal sebagai edutech, mulai dari B2C, B2B, B2G maupun kombinasinya. Mulai dari Quintal, Quipper, Zenius, Squline, Bahaso maupun Ruangguru.

Menurut Forbes, edutech bisa menjadi the next fintech. Dengan perkiraan pertumbuhan secara global mencapai US$252 miliar di 2020. Di Indonesia, kendalanya adalah lambatnya penerapan teknologi di industri pendidikan.

Pendiri Quintal, Danny Saksono menyatakan, salah satu tantangan yang dihadapi Quintal sebagai edutech B2B adalah bagaimana mengarahkan produknya ke mass market. Oleh sebab itu, meski saat ini sudah menggandeng lebih dari 80 unit mitra sekolah swasta, Quintal sedang melakukan pendekatan ke lingkup pemerintah karena sekolah negeri bisa menjadi captive market tersendiri dengan potensi yang besar.

Itu pula kenapa learning management system (LMS) miliknya belum bisa diarahkan untuk mass market.

"Dari sisi pemerintahan daerah sebenarnya lumayan terbuka, ada peluang di sana agar produk kami bisa menjadi mass market. Harapan kami semoga pemerintah membuka peluang kerja sama dengan para pengembang solusi karena dengan begitu mempercepat penerapan teknologi di industri pendidikan secara masif," kata dia kepada redaksi majalah Warta Ekonomi belum lama ini.

Baca Juga: Siap-siap, Platform Edutech Asal AS Ini Akan Hadir di Indonesia!

Ditambahkan Danny, saat ini Quintal bekerja sama dengan berbagai instransi (pegiat edukasi formal) yang sama-sama menjual produk ke sekolah atau cross selling.

"Kami bersama pegiat edukasi formal, kami nemplok (kerja sama) dengan mereka. Kami penyedia solusi, dia pelatihan, kebanyakan pelatihan guru atau perusahaan yang lama di pendidikan, case by case lah," tambah dia.

Terinspirasi dari Pelajar di Singapura

Awal mula Quintal didirikan pada 2015 lalu, Danny yang semula bekerja di Singapura sebagai programmer terinspirasi dari konsep one tablet one student yang sudah lazim diterapkan di sana. Pelajar tidak perlu membawa banyak buku di tas mereka karena semua sistem penilaian dan absensi beserta materi pelajaran tersedia dalam tablet. Di Indonesia, software untuk mengumpulkan tugas, pengecekan nilai dan sebagainya memang ada. Namun, di level TK-SMA belum ada.

Dalam perjalanannya, awalnya Quintal ingin menerapkan ekosistem one tablet one student dibuat versi mini menjadi LMS, yang bisa meminimalisasi pekerjaan administrasif seorang guru sehingga ia bisa fokus berinteraksi dengan murid, di sisi lain menjadi alat tanya jawab dengan guru mereka saat ada kesulitan, pun bagi pihak sekolah terkait manajemen pembayaran SPP misalnya.

"Ini long game, rencananya kami sediakan smart TV buat attendance (absensi) siswa yang dilengkapi RFID sehingga orangtua langsung bisa terima notif saat ada apa-apa, misal anaknya enggak nge-tap pas jam masuk sekolah, kan orangtua langsung tahu," kata dia.

Dari yang semula hanya menyediakan fitur absensi dan proses nilai, fitur-fitur lain terus ditambahkan, misalnya fitur pembayaran uang sekolah, yang bekerja sama dengan payment gateway hingga kustomisasi fitur semisal rapor bayangan yang hanya bisa dilihat H+1 sampai H+7 setelah pembagiannya. Pada akhirnya Quintal memosisikan diri sebagai one stop solution platform bagi sekolah.

"Kami selalu mengembangkan fitur-fitur yang berhubungan dengan efisiensi operasional sekolah berdasarkan kebutuhan lapangan. Ini kami dapat lewat hasil dari observasi dan diskusi dengan pengguna secara langsung," tambah Danny.

Saat ini Quintal telah digunakan oleh 25 yayasan di 50 lokasi (Jabodetabek, Cirebon, Jember, Bali, Pontianak, KBRI Singapura, dan sebagainya), mulai dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA (total ada 80-an sekolah). Sekolah dikenakan biaya subscription belasan ribu rupiah per bulan. 

"Kerja sama kami biasanya per tahun, tapi untuk termin pembayaran sifatnya fleksibel. Bisa per kuartal atau per bulan. Tapi jika pengguna membayar per tahun di muka, tentu ada keringanan. Perhitungannya disesuaikan dengan jumlah siswa yang aktif," kata Danny.

Baca Juga: CEO Ruangguru: Merintis Startup Edutech Itu Kompleks

Saat ini, pertumbuhan Quintal stabil cenderung eksponensial. Danny optimis pertumbuhan ini akan terus meningkat seiring dengan pergeseran kebutuhan para sekolah target pasar Quintal. Solusi teknologi yang sebelumnya bersifat premium, sekarang berubah menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Hal itu terjadi karena tuntutan dari siswa maupun orangtua untuk selalu mendapatkan informasi dengan cepat.

Danny percaya kehadiran Quintal dapat menjadi solusi mendasar, yaitu meningkatkan kualitas kegiatan belajar-mengajar di Indonesia. Pekerjaan para tenaga pengajar lebih efektif karena segala kegiatan yang bersifat administratif dapat diselesaikan dengan cepat oleh Quintal. Keterlibatan siswa pun semakin meningkat dengan adanya fitur interaktif seperti forum diskusi materi.

"Guru dapat mengunggah materi pembelajaran di Quintal, seperti fail presentasi atau video. Lalu, siswa disediakan wadah untuk diskusi membahas materi tersebut. Di sana guru dapat menilai kemampuan menyerap dari tiap siswa. Kami juga mendigitalkan berkas-berkas yang sekarang offline, misalnya tugas dan ujian. Datanya tersimpan dengan aman di data center kami, jadi pengajar bisa akses di mana pun dan kapan pun," papar Danny.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: