Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tim Prabowo Sebut Rezim Korup, Pimpinan KPK Bersuara

Tim Prabowo Sebut Rezim Korup, Pimpinan KPK Bersuara Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang angkat suara atas pernyataan Tim Hukum BPN Prabowo-Sandiaga, Bambang Widjojanto (BW) yang menyebut rezim saat ini korup.

Ia menjelaskan, ada tiga indikator yang harus dipahami jika ingin memperdebatkan rezim saat ini korup. Pertama, melalui Indeks Persepsi Korupsi (IPK). Jika dilihat dari IPK, pernyataan BW salah, sebab IPK Indonesia melonjak yang mengartikan ada penurunan angka korupsi di Indonesia.

"Kalau pakai indikator Corruption Perception Indeks (CPI), maka Indeks NKRI menunjukan naik dari tahun ke tahun, yang artinya ada penurunan korupsi itu jelas, jadi dari sisi ini saja sudah terjawab," ujarnya di Jakarta, Senin (27/5/2019).

Baca Juga: Menteri ESDM Bakal Diperiksa KPK, Kasusnya?

Jika penilaian rezim saat ini korup karena banyaknya Operasi Tangkap Tangan (OTT) dan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), maka ada beberapa indikator juga yang perlu diperhatikan. Sembilan lembaga internasional sudah menetapkannya.

"Indikator korupsi yang dinilai oleh 9 lembaga international itu compleks pada banyak hal antara lain, soal disiplin ASN/PNS, Dana Publik , Hakim, Jaksa, Polisi, TNI ,Partai Politik, bagaimana Indonesia melaksanaan Pemilu, spt apa penagihan Pajak dan Cukai, pelayanan publik," terangnya.

"Bisa saja yang menganggap perubahan di lembaga tersebut masih belum mencapai kecepatan optimal ,tapi terdapat perubahan di masing-masing Kementeriaan atau lembaga saat ini sejak empat tahun terakhir walau masih bolong-bolong dan KPK terus mencoba mencari pembolong-pembolong itu bersama pemerintah," sambungnya.

Kemudian indikator terakhir yakni dengan penilaian Variaties Democracy V-Dem milik Transparancy International (TI). "Jadi kalau memakai indikator V-Dem maka seperti apa penyelenggara dan parpol sebagai peserta melaksanakan Pemilu (seperti apa egalitarian dari peserta pemilu, panitia yang perform, tingkat partisipasi, deliberative, kebebasan hak pilih dan lain-lain), maka akan jelas lah dibagian mana yang harus kita benahi agar korupsi bisa signifikan menurun dengan kecepatan optimum pada tahun tahun mendatang," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: