Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perang Dagang Bikin Bisnis Cuan, Emiten Ini Buktinya!

Perang Dagang Bikin Bisnis Cuan, Emiten Ini Buktinya! Kredit Foto: File/Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perang dagang antara AS dan China tidak selamanya memberi dampak buruk bagi bisnis dunia, termasuk Indonesia. Buktinya, emiten industri sarung tangan ini justru mengaku cuan karena adanya perang dagang, dialah PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK). 

Presiden Direktur MARK, Ridwan Goh, mengungkapkan bahwa kenaikan tarif impor AS atas produk China telah membuat industri sarung tangan karet menggeser pasar sarung tangan Vinyl dan Nitrile yang diproduksi China. 

Baca Juga: Perang dagang AS-China: Dendam China Sudah Di Ubun-ubun (1)

"Pemasok utama sarung tangan akan bergerser dari China ke Malaysia sebagai produsen sarung tangan karet terbesar di dunia. Secara tidak langsung, hal ini akan menjadi sinyal positif bagi kinerja MARK," imbuh Ridwan di Jakarta, Senin (27/05/2019). 

Ia menambahkan, sebagai pemasok utama cetakan sarung tangan karet, MARK akan diuntungkan karena saat ini pihaknya menjadi pemasok global terbesar pasar sarung tangan, terutama untuk Malaysia sebesar 63%, Thailand sebesar 18%, Tiongkok 10%, dan Indonesia sebesar 3%. 

Baca Juga: Perang Dagang AS-China: Membeli Produk AS Bisa Dianggap Anti-Patriotik (2)

"Yang lebih penting, MARK diuntungkan dari perang dagang ini karena sebagai pemasok 35% pasar sarung tangan karet di duniam dengan pasar utama Malaysia, MARK akan menerima permintaan yang lebih besar," sambungnya. 

Baca Juga: Ekspor Meningkat, Dorong Peningkatan Laba Mark Dynamics

Sebagai informasi, pada triwulan I 2019, penjualan cetakan sarung tangan MARK naik 12,22% menjadi Rp88,06 miliar. Sementara itu, laba MARK juga naik 26,48% menjadi Rp23 miliar, di mana 90,76% dari pendapatan MARK bersumber dari perdagangan ekspor. 

"Kontribusi ekspor kami pada triwulan pertama tahun 2019 mengalami penurunan secara persentase dari 97,82% menjadi 90,76%. Namun, secara nilai pasar ekspor mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa kami tetap dapat memenuhi kebutuhan eskpor yang diiringi dengan peningkatan pasar baru di dalam negeri," tutup Ridwan. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: