Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tanggal Merah, Dolar AS Marah!

Tanggal Merah, Dolar AS Marah! Kredit Foto: Unsplash/Sharon McCutcheon
Warta Ekonomi, New York -

Kurs dolar AS tak kenal mundur, pada akhir perdagangan Rabu (29/5/2019) atau Kamis (30/5/2019) kembali menguat. Penguatan dolar AS karena masih adanya kekhawatiran tentang perdagangan dan perlambatan ekonomi.

Kegelisahan investor semakin meningkat setelah surat kabar People''s Daily, yang dimiliki oleh Partai Komunis China yang berkuasa, mengatakan Beijing siap menggunakan logam rare earths sebagai senjata untuk membalas dalam perselisihan dagangnya dengan Amerika Serikat.

Baca Juga: Dolar AS Tendang Rupiah dari Posisi Juara!

Gelombang penghindaran risiko menyebabkan imbal hasil obligasi pemerintah jatuh di seluruh dunia. Imbal hasil surat utang AS yang dijadikan acuan turun ke level terendah sejak September 2017, sementara imbal hasil obligasi Selandia Baru jatuh ke rekor terendah.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,20 persen menjadi 98,1449 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1133 dolar AS dari 1,1165 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2623 dolar AS dari 1,2655 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,6913 dolar AS dari 0,6922 dolar AS.

Baca Juga: Perang Dagang AS-China Akan Turunkan PDB Global US$600 Miliar

Dolar AS dibeli 109,44 yen Jepang, lebih rendah dari 109,47 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 1,0076 franc Swiss dari 1,0079 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3521 dolar Kanada dari 1,3490 dolar Kanada.

Kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi tersebar luas pada Rabu (29/5/2019) karena imbal hasil surat utang pemerintah AS jangka panjang jatuh lebih jauh di bawah suku bunga surat utang jangka pendek.

Kurva imbal hasil terbalik terjadi ketika suku bunga jangka pendek melampaui mitra jangka panjangnya, yang dianggap sebagai indikator penting dari kemungkinan resesi ekonomi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: