Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Problematika Kehidupan Miliarder Asal Amerika

Problematika Kehidupan Miliarder Asal Amerika Kredit Foto: Instagram/mcuban
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kehidupan miliarder memang tak ada yang semulus dan semudah seperti apa yang dibayangkan kebanyakan orang. Kebanyakan dari mereka harus melewati fase kehidupan yang berat, salah satunya kehidupan miliarder Mark Cuban.

Sebelum menjadi miliarder yang memiliki kekayaan mencapai US$4,1 miliar atau Rp57,7 triliun seperti saat ini, Mark harus melewati pengalaman yang rumit. Ia pernah mengalami kegagalan bahkan hingga 3 kali dipecat.

Bukan hanya itu, ia juga pernah mengalami tak memiliki cukup uang untuk membuka rekening di bank.

Baca Juga: Intip Kebiasaan Pagi Mark Cuban, Miliarder Dunia

"Ketika saya belum sukses dan hanya bisa berbaring di sofa, saya sampai tidak dapat membuka rekening bank," ujarnya seperti yang dikutip dari CNBC.

Saat dirinya mengalami kesulitan itu, banyak orang yang memandangnya dengan sebelah mata. Namun, ia terus mendapatkan suntikan semangat dari sang ibu sehingga ia mau terus belajar.

Setelah lulus dari Universitas Indiana di Bloomington, Mark pindah ke Dallas dengan hanya bermodalakan US$60 atau lebih dari Rp844 ribu.

Di sana ia menyewa apartemen dengan tiga kamar tidur seharga US$600 per bulannya bersama lima temannya. Bahkan, ia harus rela tidur di sofa atau di lantai, bahkan ia juga tidak memiliki lemari.

Demi mendapatkan uang, Mark bekerja sebagai bartender di sebuah klub untuk memenuhi kebutuhannya.

Baca Juga: Usai Pemilu, Kisah Miliarder Ini Bikin Pilu

Lambat laun, Mark menemukan pelabuhannya. Ia melakoni pekerjaan di dunia teknologi dan ia mengaku nyaman dengan pekerjaan tersebut.

Mulai dari situlah, Mark memulai bisnisnya sendiri, MicroSolutions. Namun, sayangnya perusahaan ini telah ia jual ke CompuServe seharga US$6 juta atau lebih dari Rp84 miliar pada 1990.

Namun, lima tahun kemudian Mark dan temannya, Todd Wagner telah berhasil membuat layanan audio streaming online bernama Broadcast.com. Dari sini, mereka mampu mendengarkan game Hoosiers dari Texas. Kemudian, Yahoo mengakuisisi bisnis ini yang setelah memiliki nilai mencapai US$5,7 miliar pada 1999.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: