Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hati-Hati, Harga Minyak Global Akan Terus Meningkat

Hati-Hati, Harga Minyak Global Akan Terus Meningkat Kredit Foto: Reuters/Amit Dave
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah menyebabkan harga minyak melonjak. Ini artinya, kenaikan biaya impor bagi banyak negara dan menambah beban pada pertumbuhan global yang sedang dihajar oleh perang dagang ala Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Ujung-ujungnya menurunkan kepercayaan konsumen.

Harga minyak jenis crude naik lebih dari 4 persen setelah dua kapal tanker diserang di Teluk Oman pada Kamis lalu, hanya satu bulan setelah serangan di terhadap tanker di Uni Emirat Arab (UEA) dan di stasiun pemompaan di Saudi Arabia.

Sementara itu, Trump sudah menjalankan perang dagang dengan China dan sudah mulai mengajak sekutunya untuk mengikuti langkahnya. Sebuah kebijakan yang akan menimbulkan risko resesi, baik di dalam negeri maupun di luar. Pertumbuhan global sudah terancam akibat perang dagang, menurunnya permintaan, Brexit, dan ketidakpastian geopolitik yang makin meluas.

"Adanya ketegangan perang dagang, ketidakpastian situasi di Timur Tengah menjadi semakin meningkat asetelah Menteri Luar Negri Michael Pompeo mengambinghitamkan Iran terhadap serangan terhadap dua tanker minyak," ujar ekonom UniCredit.

Baca Juga: Perang Dagang Diprotes 600 Pengusaha AS

Padahal, tanpa ketegangan-ketegangan inipun, harga minyak Brent diramalkan akan lebih mahal pada tahun ini, demikian survei dari Reuters yang diperlihatkan bulan lalu.

Para investor dikabarkan sudah memindahkan aset-asetnya kepada safe asset seperti emas dan Yen Jepang. Menurut EBS, harga emas mencapai nilai tertinggi pada Jumat (14/6/2019) ini, yang tertinggi sejak April 2018.

Karena akan berakibat pada naiknya biaya produksi, dengan demikian akan menurunkan permintaan konsumen, maka para bank sentral diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya agar merangsang pertumbuhan bisnis dan ekonomi.

Kemungkinan The Fed menurunkan suku bunganya pada tahun ini sudah terasa sejak bulan lalu, sementara European Central Bank sudah membuka pintu untuk stimulus. Sebagaimana dilansir dari laman Reuters, dikabarkan juga tingkat suku bunga pinjaman sudah turun di India, Selandia Baru, dan Rusia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: