Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Profesor Dartmouth College Ini Ciptakan Alat Perangi Deepfake

Profesor Dartmouth College Ini Ciptakan Alat Perangi Deepfake Kredit Foto: Wired
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2020 segera tiba dan para pemimpin politik, kandidat presiden, serta kepala intelijen di AS mulai khawatir dengan kemungkinan video hasil rekayasa yang digunakan untuk menyesatkan para pemilih.

Dari kekhawatiran itu, Profesor Dartmpouth College, Hany Farid, menciptakan alat untuk mendeteksi video palsu tokoh-tokoh politik seperti Donald Trump, Theresa May Justin Trudeau, dan kandidat presiden AS lainnya seperti Joe Biden, Elizabeth Warren, dan Bernie Sanders.

Deepfake - kombinasi dari istilah deep learning dan fake - merupakan file video dan audio persuasif yang terlihat asli tetapi palsu. Dibuat dengan menggunakan teknologi AI yang mutakhir dan relatif mudah diakses, oknum ingin menunjukkan seseorang melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan.

Baca Juga: Teknik Deepfake AI Digunakan untuk Mematai-Matai

Para oknum ini sudah terbiasa mempermalukan selebritas dan politisi. Untuk itu, tak terkecuali rekaman nyata para politisi termasuk kandidat presiden AS di YouTube dan media lainnya, adalah tambang emas bagi siapapun yang mempertimbangkan menggunakan AI jenis ini untuk campur tangan dalam pemilu AS mendatang.

Dalam penilaian ancaman di seluruh dunia pada bulan Januari, Dan Coats, Direktur Intelijen Nasional AS, memperingatkan deepfake yang didorong oleh teknologi mungkin akan menjadi salah satu taktik yang digunakan oleh orang-orang yang ingin mengganggu pemilihan umum.

Hany Farid sendiri juga seorang ahli forensik gambar di Dartmouth College. Menurutnya, dengan maraknya jenis video palsu, semakin sulit untuk percaya bahwa apa yang kita lihat adalah nyata. Ia khawatir video semacam itu dapat membahayakan warga atau negaranya.

"Taruhannya tiba-tiba sangat tinggi," kata dia baru-baru ini. 

Farid dibantu seorang mahasiswa pascasarjana, Shruti Agarwal, sedang membangun apa yang mereka sebut biometrik lunak, cara untuk membedakan satu orang dari versi palsu dari diri mereka sendiri. Mereka menggunakan alat otomatis untuk menggali video YouTube otentik dari orang-orang seperti Presiden Trump dan mantan Presiden Barack Obama selama berjam-jam, mencari hubungan antara gerakan kepala, pola bicara, dan ekspresi wajah.

Misalnya, ketika Obama menyampaikan berita buruk, ia mengerutkan kening dan cenderung memiringkan kepalanya ke bawah. Obama juga cenderung memiringkan kepalanya ketika memberi kabar gembira. Korelasi-korelasi ini digunakan untuk membangun model untuk seorang individu - seperti Obama - sehingga ketika sebuah video baru ditemukan, model tersebut dapat digunakan untuk menentukan apakah Obama yang digambarkan di video tersebut memiliki pola bicara, gerakan kepala, dan ekspresi wajah yang sesuai.

Untuk menguji sistem deteksi, Farid menggunakan deepfake yang dibuat oleh para peneliti di University of Southern California. Para peneliti menciptakan tipuan dari beberapa kandidat utama dengan memetakan wajah asli para kandidat di Saturday Night Live yang dilemparkan anggota yang memerankan mereka di acara itu.

Hasilnya: video yang agak menggelegar dari ekspresi wajah Alec Baldwin yang memerankan wajah Trump, penggambaran Kate Warren Franklin Elizabeth Warren mendapat perlakuan yang sama.

Farid berharap untuk meluncurkan alat pendeteksinya kepada jurnalis pada bulan Desember, melalui situs web di mana mereka dapat memeriksa keaslian sebuah video. "Jika Anda seorang jurnalis dan melihat video, tentunya sebelum melaporkannya, Anda harus memiliki mekanisme untuk memeriksanya," tambah dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: