Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menilik Penerimaan Pasar Terhadap Layanan Serverless Computing

Menilik Penerimaan Pasar Terhadap Layanan Serverless Computing Kredit Foto: File/readitquik.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Selama ini, model layanan cloud yang popular di masyarakat hanya ada 3: PaaS, IaaS dan SaaS. Namun sudah satu tahun terakhir muncul model layanan cloud baru, serverless architecture. Less disini bukan berarti sama sekali tidak menggunakan server, namun dalam arti seminimal mungkin (konfigurasi) yang dibutuhkan untuk mengembangkan satu aplikasi berbasis web.

Berangkat dari ide itu, munculah sebuah model layanan cloud baru dimana penyedia hosting cukup mewadahi source code saja dan menangani semua masalah server oleh mereka, sehingga pemilik source code tidak perlu berinteraksi terlalu sering dengan server seperti melakukan konfigurasi atau pengaturan jaringan. Dari sinilah layanan serverless architecture mulai digkenalkan oleh beberapa vendor besar termasuk  AWS, Microsoft Azure, Google Cloud dan IBM.

Baca Juga: Apa Itu Cloud Computing?

CTO IBM Cloud, Kalyan Mandala menyatakan serverless computing atau Function as a Service (FaaS) akan menjadi trend besar berikutnya di bisnis cloud. Dengan serverless computing, saat men-deploy aplikasi, kita tidak perlu banyak berinterkasi dengan misalnya SSH atau remote connection lainnya. Atau saat men-deploy kode, kita tinggal terhubungkan ke proxy tanpa harus mengotak - atik konfigurasi web server atau memilih kode mana yang akan dieksekusi jika suatu antrian sudah didatangi oleh jutaan message yang antri dalam queue service.

"Small server comes up based on an event, process, shutdown, comes up based on an event, process, shutdown,” kata dia kepada Warta Ekonomi, belum lama ini. 

Meski menawarkan banyak kelebihan, di antaranya tidak perlu mengurusi manajemen servis, secara otomatis mengatus resource tanpa perlu memusingkan tentang kapasitas server serta hanya dikenai biaya saat kode atau aplikasi dijalankan, penerimaan pasar saat ini cukup tersebar, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Tech Pro terhadap lebih dari 159 CTO/ CIO baru-baru ini.

Baca Juga: Ini Dia Lima Bidang yang Bakal Dilibas oleh Quantum Computing

Menurut survei tersebut, 47 persen responden saat ini menggunakan layanan serverless computing, sementara 9 persen berencana untuk menggunakan layanan dalam enam bulan ke depan. Pengguna saat ini mengambil keuntungan dari layanan untuk pengembangan aplikasi web, logika bisnis, perubahan basis data, pekerjaan batch atau tugas terjadwal, IoT, dan pemrosesan multimedia.

Namun, terlepas dari berbagai kelebihan fungsi yang ditawarkannya, 28 persen responden mengakui tidak memiliki rencana untuk menggunakan layanan tersebut saat ini atau di masa depan, dan 16 persen responden menunggu hingga sekitar 12 bulan ke depan untuk menggunakan layanan tersebut.

Diketahui, masalah keamanan menduduki urutan teratas alasan mengapa perusahaan tidak mengimplementasikannya. Lebih dari 20 persen responden tidak memiliki kebutuhan bisnis yang jelas untuk layanan ini, atau tidak yakin bagaimana menerapkan teknologi ini secara efektif. Kekhawatiran biaya melengkapi daftar alasan yang membuat responden enggan menggunakan layanan ini.

Dari responden yang saat ini menggunakan layanan ini, 16 persen belum mengalami masalah dengan komputasi tanpa server, namun sisanyamengakui ada kendala. Sepertiga responden menyatakan vendor lock-in sebagai masalah terbesar mereka, sementara responden lain menyatakan layanan ini lebih sulit untuk bekerja dengan yang diharapkan sebelumnya. Responden juga mencatat kesulitan dalam menguji aplikasi, kompleksitas pengembangan tambahan, dan kurangnya dukungan kode atau bahasa tertentu.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: