Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Era IoT, Saatnya Berburu Connected Consumer!

Era IoT, Saatnya Berburu Connected Consumer! Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di era 24/7 saat ini, setiap perusahaan terhubung secara terus menerus (continues connected) dengan konsumen sudah menjadi keniscayaan.

Itu pula alasan Walt Disney Park & Resort misalnya menggunakan MagicBand sebagai alat pembayaran konsumen mereka yang menggantikan tiket untuk memasuki hotel, memasuki jalur capat tanpa harus mengantri. Atau misalnya Nike yang menggunakan sensor yang tertanam di setiap sepatunya untuk merekam ritme, jarak hingga waktu tempuh serta kalori yang terbakar pada setiap penggunanya. 

Disney dan Nike hanyalah contoh kecil dari berbagai perusahaan yang memberikan pengalaman dan harapan yang lebih baik ke konsumennya, pada saat yang bersamaan menciptakan efisiensi bagi perusahaan. Itu pula yang mendorong berbagai perusahaan saat ini, tidak hanya di sektor ritel, tapi juga kesehatan, rumah sakit, transportasi, peralatan dan sebagainya mulai menggunakan internet of things (IoT).

Baca Juga: Distributor Baju Nike Indonesia Tawarkan Saham Seharga Rp300

Principal Analyst di Futurum Research, Daniel Newman menyatakan dengan membangun analytic insights dari data yang dihasilkan oleh sensor, peralatan, mesin dan benda lain yang terhubung, perusahaan bisa mendiferensiasi dirinya. Misalnya memberikan kepuasan konsumen yang lebih besar, loyalitas terhadap merek, insight dari konsumen, bahkan berpotensi menawarkan (memprediksi) kebutuhan baru konsumen, baik barang maupun layanan. 

“Berbagai penyedia layanan analisa omni channel seperti SAS misalnya mengumpulkan data dari tindakan konsumen di berbagai platform, baik smartphone, media sosial dan sebagainya. Ada beragam insight yang bisa digali perusahaan,” kata dia belum lama ini.

Baca Juga: Australia Gunakan Sensor IoT untuk Predictive Maintenance Jaringan Pipa Air

Insight tersebut diantaranya mengetahui saat connected consumer membandingkan produk lewat penelusuran internet, sehingga bisa secara langsung mengirimi pesan ke mereka untuk membeli produk perusahaan. Selain itu dapat pula mengetahui waktu konsumen melewati lokasi toko offline dan mengirimi mereka kupon terkait barang yang baru-baru ini mereka telusuri di internet. Ada pula dapat mengetahui demand berbasis wilayah dengan mengkombinasikan data penjualan online di website dan offline di toko fisik.

Managing Partner Inventure, Yuswohady menyatakan di Indonesia, dalam waktu tiga hingga lima tahun mendatang akan semakin massif, terutama didorong oleh unicorn dan fintech company yang di-backup oleh big digital resource company seperti Amazon, Google, Apple, Facebook, Tencent dan Alibaba.

“Tinggal kita ngomong kecepatan, saya rasa prosesnya akan cepat tapi syaratnya perusahaan harus digitize, digital company. Kalau gak digital, datanya gak dalam bentuk digital, dan gak masuk secara seamless dan constant maka agak susah. Semuanya akan ke situ, kalau gak gitu akan mati,” kata dia kepada Warta ekonomi, baru-baru ini.

Baca Juga: Sekrup Longgar, Perangkat IoT Xiaomi Ini Akan Ditarik dari Pasar

Board Expert Aprindo, Yongky Susilo mengatakan continuous connected strategi memungkinkan perusahaan bisa memantau perilaku konsumen secara lebih realtime dan merespons dengan lebih cepat.

“Di Indonesia setahu saya belum ada yang berencana investasi di RFID ataupun chip, baru sebatas wacana karena harga chip masih relatif mahal. Meksipun, untuk barang-barang yang big ticket harusnya sudah bisa. Kebanyakan masih bermain di loyalty program karena dianggap belum maksimal,” kata dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: