Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Segini Harga Saham Perusahaan Fintech dan E-Commerce Pertama yang Mau Masuk Bursa

Segini Harga Saham Perusahaan Fintech dan E-Commerce Pertama yang Mau Masuk Bursa Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT BUrsa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan perusahaan PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDI) berencana melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (initial public offering/IPO) sebanyak-banyaknya sebesar 381.170.000 saham biasa atas nama atau sebanyak-banyaknya sebesar 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana Saham dari perseroan dengan nilai nominal Rp 100. 

 

Dalam penawaran awal perusahaan yang bererak di bidang pengembangan aplikasi perdagangan melalui internet (e-commerce) serta pendistribusian produk digital ini mematok harga saham dikisaran Rp396-Rp525 per saham. Sehingga, perseroan berpotensi meraup dana senilai Rp150,94 miliar hingga Rp200,11 miliar dari IPO. 

 

Pada aksi korporasi ini Perseroan menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Dimana, periode bookbuilding pada aksi korporasi ini pada 17-24 Juni 2019 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) direncanakan pada 12 Juli 2019.

 

"Harga penawaran awal saham IPO Hensel Davest sekitar Rp396-Rp525 per saham," kata Associate Direktor Head of Investment Banking PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Mukti Wibowo Kamihadi di Jakarta, Selasa (18/6/2019). 

 

Baca Juga: Mau IPO, Perusahaan Pengolahan Plastik Patok Harga Segini

 

Sementara itu, Direktur Utama Hensel Davest, Hendra David, jumlah saham yang dilepas ke publik tersebut setara dengan 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. 

 

Dana IPO, sebesar 65% dari dana hasil IPO akan digunakan untuk meningkatkan modal kerja di bisnis prepaid listrik dan biller pada aplikasi DavestPay yang menyasar segmen business to business (B2B). Peningkatan modal kerja di DavestPay ini terkait akuisisi merchant berupa UMKM dan individu.

 

Sedangkan, sebesar 25% akan dimanfaatkan untuk pembelian bangunan sebagai media operasional Perseroan. Sisanya sebesar 10 persen akan digunakan untuk meningkatkan teknologi informasi.

 

"Perkembangan teknologi informasi dan perubahan pola konsumsi di era digital tentu menjadi tantangan sekaligus potensi pasar yang menjanjikan untuk perusahaan berbasis e-commerce, terlebih lagi kita akan memasuki revolusi industri 4.0," papar Hendra.

 

Baca Juga: Baru Masuk Bursa, Saham CCSI Letoy

 

Hendra memperkirakan, ekonomi digital Indonesia akan bertumbuh menjadi USD78,8 miliar dari sebelumnya di 2015 yang hanya USD7,8 miliar. "Pertumbuhan terbesar adalah sektor e-commerce dan teknologi finansial (fintech)," katanya.

 

Adapun, hingga 12 Juni 2019 perolehan pendapatan Perseroan mencapai Rp4,1 triliun dengan laba bersih senilai Rp8,3 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: